Sunday, September 30, 2018

Boye dan Genre


sumber: https://bit.ly/2xPUiII


Minggu lalu di komunitas membaca online dibahas tentang genre. Istilah yang umum dipakai tapi ramai jadi bahan diskusi. Genre yang belum ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia ini jika dirujuk dari bahasa Inggris berarti sebuah upaya untuk mengelompokkan karya-karya seni ke dalam kategori-kategori yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Genre pada dasarnya ada pada setiap karya seni, mulai dari musik, lukis, tari, teater, dan seterusnya hingga ke ranah literasi.


Pemahaman yang saya dapat dari kelas malam itu adalah tidak ada aturan baku mengenai genre. Tidak ada genre paten dan pakem untuk segala hal dan segala zaman, termasuk dalam dunia literasi. Genre lain bisa berkembang dari satu genre  yang sudah ada sebelumnya. Dari diskusi yang saya ikuti, pemateri menyatakan bahwa pada dasarnya manusia suka mengelompokkan, suma memberi nama. Karena zaman berubah, dinamis, maka banyak sekali perubahan genre. 


Saya teringat materi ini ketika mendengarkan Alex Boye, musisi YouTube yang memberikan rasa Afrika pada lagu-lagu pop. Ia membuat versi cover dari lagu-lagu tren macam Grenade dari Bruno Mars, As Long As You Love Me dari Backstreet Boys, A Million Dreams dari Zendaya. Dan banyak lagu lainnya. Bagi saya ia telah menciptakan genre baru yang bisa disebut Boyeisme, karena dalam semua lagu yang dinyanyikannya ada rasa Afrika yang kental di sana.  



Alex Boye juga seorang tokoh yang inspiratif bagi saya. Ia mampu memberi keunikan pada setiap lagu yang dinyanyikan dan ia bangga pada akar budayanya. Terbukti banyak lagu pop ketika diubah ke dalam aransemen yang lebih Afrika, makin baik kualitasnya. Keunikan yang tidak dilakukan penyanyi Afrika lainnya. 

Boye mengikuti sebuah acara bakat di televisi yang kemudian mengangkat namanya. Pujian tentang kemampuan bernyanyi Boye yang apik dan keunikan yang dimiliki menjadikan Boye istimewa Boye menjadi inspirasi bagi saya untuk kembali melihat ke diri sendiri bahwa ada keunikan dan keistimewaan yang Tuhan berikan pada saya. Tidak perlu menjadi orang lain, mengikuti genre yang dibuat orang lain. Menjadi berbeda, jadi diri sendiri, dengan “rasa” yang khas otentik milik saya adalah yang terpenting. Boye telah membuktikan tidak ada yang salah dengan kulit hitam dan logat Afrika, semua bisa indah. Karena keunikan yang dimiliki adalah anugerah. Setidaknya ini hal penting yang diajarkan Boye pada saya.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 

2 comments:

  1. Tulisan ini menarik. Saya menikmati dari awal hingga akhir. Meski saya buta tentang musik, tapi saya bisa menangkap pesannya yang ingin disampaikan

    ReplyDelete

Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...