Showing posts with label Self-healing. Show all posts
Showing posts with label Self-healing. Show all posts

Saturday, September 22, 2018

Kebiasaan Baik Tetap Menempel, Ini Tipsnya




Akhir-akhir ini saya menggiatkan diri masuk ke dunia literasi. Saya ikuti berbagai kelas menulis online dan mengikuti beberapa tantangan literasi, baik itu membaca maupun menulis. Saya percaya bahwa berlatih setiap hari bisa meningkatkan skill saya. Menantang diri sendiri juga membuat saya selalu atif berpikir dan mengeksplorasi ide-ide.


Sayangnya konsistensi itu tidak terlaksana dengan mudah. Ya, menerapkan kebiasaan baik itu sulit. Pada tantangan literasi menulis misalnya, saya mengikuti tantangan satu hari satu postingan blog atau One Day One Post (ODOP). Minggu pertama berlalu cukup mulus, masuk minggu kedua mulai datang kemalasan. Ini baru tantangan menulis sederhana, yang sebenarnya kebiasaan baik untuk terus menghasilkan tulisan yang bermutu. Jika ditambah dengan tantangan lain yang lebih rumit, entahlah, apa saya bisa bertahan sampai akhir tantangan. 


Yang jelas tujuan utama saya mengikuti tantangan ini adalah untuk membiasakan diri melakukan kebiasaan baik. Maka ketika saya mulai kehabisan “bahan bakar” seperti ini saya harus mengubah strategi. Harus ada cara untuk mempertahankan kebiasaan baik itu. Apa saja ya yang bisa dilakukan untuk membuat kebiasaan baik terus menempel di diri?

Mulai dari hal yang kecil
Oke, hal mudah yang bisa dilakukan adalah memulai dari hal kecil yang menciptakan kebiasaan baik. Misalnya, untuk belajar menulis maka saya mulai membaca banyak status media sosial, posting blog, dan quotes dari beberapa penulis idola. Bagi saya, membaca tulisan status dan posting yang singkat akan memberikan contoh bagaimana membuat tulisan yang menarik. Ini akan menambah wawasan saya yang belajar menulis. Menggelitik juga untuk ikut membuat tulisan berbobot dan menarik.


Punya tujuan yang jelas
Tujuan yang jelas membuat semua kegiatan lebih terarah. Ya, tujuan harus diciptakan terlebih dahulu. Walaupun “yang penting belajar” tapi jika tidak dilandasi dengan tujuan, maka kegiatan belajar pun bisa-bisa berhenti di tengah jalan.
Tujuan akhir saya adalah menjadi penulis yang menghasilkan karya dari rumah. Maka saya harus rajin membaca dan menulis. Membiasakan diri untuk membaca dan menulis ini vital bagi saya. Menerapkan kebiasaan ini adaah hal yang sulit tapi sekali lagi, karena saya punya tujuan jadi mau tidak mau saya kembali memaksakan diri untuk bersusah-payah demi tujuan akhir. 


Merayakan pencapaian sekecil apapun
Ternyata perayaan ini perlu. Baru saya sadari setiap saya mencapai sesuatu berkaitan dengan kegiatan tulis-menulis saya, misalnya artikel yang menang kontes dan karya yang diterbitkan, saya tidak pernah memberikan reward untuk diri sendiri. Padahal ini adalah salah satu bentuk apresiasi yang bisa memacu diri untuk menghasilkan karya-karya yang baik.
Jika dipikir lebih jauh bukankah penghargaan yang paling besar adalah dari diri sendiri? Bukan berarti memanjakan diri semata, tapi dengan menghargai diri sendiri maka rasa kepercayaan diri juga akan bertambah. Saya juga menyadari bahwa minder tak akan membawa kemajuan, ketika berhasil mengatasi itu dan menciptakan karya yang baik maka itu adalah sbeuah pencapaian. 


Menciptakan lingkungan yang mendukung
Lingkungan mempengaruhi bagaimana kebiasaan baik bisa bertahan. Semakin positif lingkungan, dalam hal ini keluarga dan teman-teman yang mendukung, maka semakin baik hasilnya. JIka keluarga dan teman terdekat tak mendukung, maka perlu mencari komunitas atau teman-teman lain yang bisa mendukung. Saya tidka mendapat dukungan langsung dari orang tua, karenanya saya mencari komunitas menulis yang bisa membuat saya nyaman.

Dengan bergabung di komunitas ini saya juga jadi tertarik menfikuti berbagai kelas, kontes, tantangan, dan kegiatan lain. Melihat teman-teman yang sukses membuat saya terpacu. Inilah pentingnya membuat lingkungan yang positif.  


Perbarui komitmen diri
Komitmen juga perlu diperbarui. Setelah beberapa saat, komitmen awal wajib dilihat dan direnungkan kembali. Selanjutnya, komitmen baru dengan semangat baru mulai ditanamkan. Ini adalah hal yang biasanya saya abaikan. Saya sering berpikir asal tujuan tak berubah maka komitmen juga tetap. Ya, saya salah. Komitmen pun bisa menipis dan hilang.
Lima langkah tadi bisa membantu menancapkan kebiasaan baik tetap bersama saya. Tulisan ini juga menjadi pengingat saya untuk terus menerapkan kebiasaan baik setiap hari. Pernahkah mencoba? Ayo tulis komentar Sahabat dan beri tahu saya bagaimana cara Sahabat membuat kebiasaan baik tak pergi lagi.


#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 


Thursday, September 6, 2018

Jomlo, Kenapa Tidak? Jadilah Jomlo berkualitas dengan 4 Hal Ini

sumber gambar: https://bit.ly/2wMLt1I


Sahabat, tahukah Sahabat apa arti kata jomlo? Sahabta sudah membaca kata ini dengan benar “jomlo”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang betul adalah jomlo bukan jomblo. Artinya? Tentu saja pria atau wanita yang belum punya pasangan hidup.

Siapa yang jomlo, angkat tangan. Eits, jangan salah Sahabat, menjadi jomlo bukan hal yang memalukan dan bukan juga hal yang membuat minder. Bahagialah jadi jomlo. Kok bisa? Nah coba simak alasan-alasan Sahabat wajib bahagia walau jomlo, karena jomlo pun bisa berkualitas.

1. Berbahagialah dengan Kondisi Sahabat Sekarang

Banyak orang yang berlomba-lomba mencari pasangan (pacar) atau pasangan hidup (suami). Tak ada yang salah dengan hal ini, tapi tak ada salahnya juga Sahabat tidak menghabiskan waktu memikirkan hal yang satu ini karena yang terpenting adalah menikmati apa yang Sahabat miliki saat ini.
Banyak cara untuk menjadi bahagia walau tanpa pasangan. Caranya adalah tingkatkan kebahagiaan dengan cara banyak bersyukur. Terdengar mudah dan klise ya? Memang mudah kok, tapi nyata. Bersyukur atas apa yang dimiliki sekarang dan bersyukur atas hal-hal kecil di sekitar akan membuat Sahabat lebih menikmati hidup. Coba tuliskan setiap hari hal-hal yang patut disyukuri, saya yakin daftarnya bisa ratusan, atau mungkin tak terhingga?

Jangan lupa untuk mencari hal-hal yang membuat Sahabat bahagia, orang-orang yang membuat Sahabat senang, datangi mereka dan belajarlah lebih banyak dari mereka. Bersenang-senanglah dengan mereka dan berbahagialah dengan hal-hal baru yang Sahabat temukan.
2. Cari Tahu Diri Sahabat yang Sesungguhnya

Pernahkah Sahabat menemui seseorang yang berubah ketika ia dekat dengan pasangan barunya? Berubah menjadi orang lain bukan seperti ia yang dulu? Ternyata hal ini umum terjadi, hubungan dengan lawan jenis bisa mengubah seseorang. Jika jadi lebih baik sih oke, tapi jika lebih buruk? Nah, ada baiknya Sahabat mulai mengenali diri sendiri. Eksplorasi diri dengan mengikuti aneka kelas-kelas online dan offline, yang gratis atau yang berbayar. Cari potensi diri dan temukan kebahagiaan Sahabat yang sesungguhnya. Pada akhirnya Sahabat akan menyadari bahwa jadi jomlo pun bisa bahagia dan bermanfaat untuk diri sendiri dan lingkungan.

3. Jatuh Cintalah Pada Diri Sendiri

Ini bukan narsis, ini hal yang hakiki (meminjam istilah kekinian). Hubungan yang terpenting bukan melulu hubungan kita dengan lawan jenis, tetapi hubungan Sahabat dengan diri sendiri. Bagaimana berdamai dengan diri sendiri, mengelola konflik, mengejar cita-cita, membahagiakan diri, dan menghargai segala capaian diri betapa pun kecilnya.

Cobalah mengumpulkan lebih banyak rasa kasih sayang dan kembalikan rasa sayang itu pada lingkungan sekitar. Lihat orang-orang yang bisa bahagia hanya dengan membantu sesama. Ketika Sahabat tidak repot memikirkan pujaan hati tapi fokus pada diri sendiri, untuk selalu menumbuhkan rasa sayang, maka ini akan mewujud juga pada kasih sayang kita terhadap sesama, outer circle kita.

Rasa mencintai diri sendiri juga muncul dalam aneka kegiatan positif loh. Coba Sahabat ingat sudahkah sahabat mengonsumsi makanan yang bergizi dn berimbang? Sudahkah Sahabat berolah raga untuk menjaga tubuh agar sehat? Seberapa sering Sahabat membiarkan tubuh terpapar racun dan hal yang membahayakan akibat konsumsi makanan tak sehat, rokok, dan gaya hidup amburadul? Rawatlah tubuh Sahabat sembari merawat jiwanya, niscaya jadi jomlo pun hidup tetap berkualitas.

4. Lakukan Apa Yang Sahabat Suka
Jangan biarkan orang lain menghalangi Sahabat mencoba hal baru dan melakukan hal yang diinginkan, tentu saja dalam koridor positif ya, bukan kegiatan yang merugikan badan, jiwa, lingkungan, dan negara. Walaupun banyak orang mencibir, jangan menyerah. Toh ini adalah hidup Sahabat yang perlu diisi dengan hal-hal yang menyenangkan. Ibarat pepatah, anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Coba dan kerjakan dulu.

Saya sendiri sudah menerapkan hal ini. Saya berpikir profesi penulis itu menyenangkan. Bisa dikerjakan di mana saja, membuat diri sendiri bahagia dan bisa menularkan kebahagiaan bagi orang lain. Maka saya belajar dan diam-diam mengikuti aneka kelas menulis saat saya sedang kerja kantoran. Ketika saya bercerita saya ingin menjadi penulis di masa depan, saya mendapatkan cibiran dari rekan kerja sekaligus atasan saya. Pekerjaan sebagai penulis tak akan menjamin finansial saya, begitu ungkapnya.

Saya tak menggubris dan tetap belajar. Tentunya saya belum menghasilkan uang dari kegiatan menulis saya, namanya juga pemula. Tapi, saya mendapatkan kebahagiaan luar biasa dari kegiatan menulis. Lama kelamaan saya berpikir bukankah kebahagiaan adalah hal yang lebih penting daripada uang?

Jadi, jangan minder dan galau jika Sahabat jomlo. Jadilah jomlo yang berkualitas dengan banyak menonjolkan kualitas positif Sahabat. Kesuksesan dan cinta akan mendatangi Sahabat. Jika pun bukan cinta dari lawan jenis, maka mungkin akan ada banyak cinta dari orang-orang dan lingkungan sekitar yang menghujani Sahabat. Yuk, jadi jomlo bahagia yang berkualitas.



#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 

Wednesday, September 5, 2018

Masyarakat Indonesia Jauh dari Bahagia, Negara Apa Paling Bahagia di Dunia?

Sumber gambar: https://bit.ly/2J3tKL4

Sahabat, apakah Anda orang yang bahagia? Menurut Sahabat, apakah masyarakat Indonesia adalah orang-orang yang berbahagia? Rupanya tingkat kebahagiaan bisa diukur loh, walaupun tentu saja mengukur tingkat kebahagiaan seseorang sama sulitnya dengan mencari jarum di tumpukan jerami. Bagaimanapun hal ini tak mustahil untuk dilakukan dan bisa diukur secara ilmiah. 


Dalam penelitian ilmu sosial, tingkat kebahagiaan diartikan sebagai penilaian seseorang terhadap total kualitas hidupnya sebagai kehidupan yang positif. Singkatnya bagaimana seseorang merasakan kepuasan dan kesenangan pada hidupnya. Karena penilaiannya subjektif, maka penelitian tentang tingkat kebahagiaan dilakukan dengan bertanya pada masing-masing orang tentang hidupnya, apakah ia cukup bahagia atau tidak. 


Cara untuk mengukur kebahagiaan ini adalah lewat survei. Responden akan menjawab beberapa pertanyaan dalam kuesioner. Jawaban kemudian dijadikan data yang dihitung dan dikonversi ke dalam skala penilaian kebahagiaan. Secara internasional ada beberapa kuesioner yang lazim dipakai dengan perbedaan pendekatan dan persepsi kebahagiaan seperti  Oxford Happiness Inventory – Inventarisasi Kebahagiaan Oxford (Argyle and Hill), Subjective Happiness Scale – Skala Kebahagiaan Subjektif (Lyubomirsky & Lepper), Satisfaction with Life Scale – Kepuasan dengan Skala Kehidupan(Deiner,Emmons, Larsen and Griffin) 


Sahabat, mengukur tingkat kebahagiaan masyarakat suatu negara ternyata cukup penting karena ukuran ini bisa menunjukkan tingkat perkembangan masyrakat itu sendiri. Dengan mengetahui seberapa bahagia suatu masyarakat mulai dari persepsi kebahagiaan dari pekerjaan, perumahan, ekonomi, sampai kesehatan; maka pembuat keputusan bisa lebih baik dalam menentukan arah kebijakan negara. 


Tahukah Sahabat negara manakah yang masyarakatnya paling bahagia? Indonesia berada di urutan berapa ya? Nah berdasarkan studi oleh Gallup World Poll yang dilaporkan dalam World Happiness Report tahun 2018, 10 besar negara dengan penduduk paling bahagi dari survey di tahun 2015 – 2017 adalah: 
  1. Finlandia
  2. Norwegia,
  3. Denmark,
  4. Islandia
  5. Swiss,
  6. Belanda
  7. Kanada
  8. Selandia Baru
  9. Swedia
  10. Australia

Indonesia berada di posisi 96 jauh dari negara tetangga Singapura di posisi ke 34 dan Malaysia di posisi 35. Indonesia tepat berada di bawah Vietnam. Menariknya, Jepang yang secara ekonomi melesat di atas Malaysia berada di posisi ke 54.


Sumber: World Happiness Report 2018


Beberapa hal yang menjadi pembeda kebahagiaan masyarakat tiap negara tentunya adalah pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara.Selain pendapatan hal lain yang mempengaruhi kebahagiaan adalah jaminan sosial, tingkat harapan hidup, kebebasan, dan persepsi terhadap korupsi. Nah rupanya masyarakat Indonesia masih rendah penilaiannya terhadap tindak pidana korupsi, tak heran ini turut mempengaruhi tingkat kebahagiaan.

Uang memang hal utama yang menentukan kebahagiaan masyarakat dunia sejauh ini selain tentu saja jaminan sosial dan keamanan. Semoga tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia bisa melesat masuk ke 50 besar di tahun selanjutnya. Nah, menurut Sahabat dari skala 1-10 seberapa besarkah tingkat kebahagiaan Sahabat?


#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 


Sumber:
https://s3.amazonaws.com/happiness-report/2018/WHR_web.pdf

Arti Kebahagiaan

Sumber gambar: https://bit.ly/2Q8QCJV


Sahabat, pagi ini satu pertanyaan kecil muncul di pikiran saya. Apakah kebahagiaan itu? Saya mencoba mencari tahu arti dari kebahagiaan dan tentu saja definisinya amat banyak, tergantung dari pendapat masing-masing orang.

Kebahagiaan menurut kamus kurang lebih berarti keadaan bahagia, merasakan atau menunjukkan kepuasan dan kesenangan Nah, masalahnya kepuasan dan kesenangan masing-masing orang pasti berbeda. Takaran kebahagiaan juga hampir pasti berbeda tiap orang bukan?

Bagi saya sendiri, kebahagiaan adalah keadaan ketika saya tidak sedih, tidak kesepian, merasa bersyukur dan tenang menjalani kehidupan. Jika saya menilik kembali perjalanan hidup saya ke belakang, maka bisa saya katakan bahwa ukuran kebahagiaan saya sungguh berbeda dari tahun ke tahun. Dulu mendapat uang saku dari nenek bisa membuat senyum seminggu penuh, sekarang bisa membeli buku favorit saja sudah luar biasa gembira. Dulu, menjadi pekerja penerima gaji tetap bulanan membuat saya bahagia, sekarang tanpa pendapatan bulanan pun ternyata saya masih bahagia.

Masih tentang pekerjaan, dulu bisa bekerja dengan tenang dan santai walaupun masuk di hari Sabtu membuat saya bahagia. Justru libur panjang membuat saya tak bersemangat. Sekarang, menghabiskan waktu untuk belajar menulis, bisa membaca buku yang saya suka dan mencoba resep baru adalah hal yang jauh lebih membahagiakan daripada rutinitas kantoran tiap hari. Dulu saya merasa pekerjaan membuat saya lebih aktif dan lebih “hidup”, sekarang kadang saya menyesali betapa banyak waktu terbuang hanya untuk berkutat di kantor tanpa mencoba hal-hal baru di luar rutinitas dan berkomunitas.

Sejalan dengan kebahagiaan, kesedihan saya di masa lalu juga berbeda dengan di masa sekarang. Dulu sedih ketika tidak bisa nonton konser artis kesayangan, sekarang lebih sedih jika suami sakit dan mendadak melupakan semua hingar bingar berita artis antah-berantah itu. Dulu sepi tanpa teman terasa menyiksa, sekarang sepi tanpa suami jauh lebih tersiksa (ehem ehem…). Dulu saya menghabiskan waktu dengan sebanyak mungkin pergi ke mall, jalan-jalan keliling kota, atau berwisata ke spot turis yang menarik. Sekarang pergi ke luar rumah sudah berat rasanya, tak pergi ke mall sebulan pun tak masalah. Ternyata punya waktu seharian untuk diri sendiri di depan laptop sambil mencurahkan ide sudah luar biasa membahagiakan rasanya.

Saya setuju jika hal terkecil pun bisa menciptakan kebahagiaan, apapun itu. Karena jika bersyukur pada apapun yang didapat dan dimiliki maka kebahagiaan niscaya terwujud. Jika kebahagiaan adalah tujuan hidup maka bukankah semuanya akan mudah dicapai dengan rasa syukur yang melimpah? Setidaknya itu yang saya rasakan, makin banyak mengeluh makin jauh dari rasa bahagia. Makin jeli melihat aneka nikmat yang didapat maka kebahagiaan itu dekat sekali.

Bicara tentang kebahagiaan dalam skala global, ternayata indeks kebahagiaan masyarakat dunia juga dipelajari secara ilmiah dan dibuat rankingnya. Kebahagiaan masyarakat Indonesia pada umumnya ternyata masih jauh dari negara tetangga. Dan negara-negara kaya ternyata tak menjamin penduduknya bahagia. Nah lo….Sahabat bisa tahu lebih banyak tentang ranking kebahagiaan masyarakat dunia di sini

Ternyata kebahagiaan ini adalah hal yang fundamental dalam hidup ya? Bisa dipelajari secara ilmiah, dirasakan secara spiritual, dan dicapai dengan nyata. Bagaimana dengan Sahabat? Apa arti kebahagiaan menurut sahabat dan sudahkah merasa bahagia hari ini?


#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 

Wednesday, May 30, 2018

6 Hal Baik Untuknya

sumber gambar: https://www.redbubble.com/people/cakewatch/works/26165055-be-kind-to-earth


Semua pasti tahu apa itu perbuatan baik. Dari kecil sampai usia saya sekarang kebaikan dan perbuatan baik selalu didengung-dengungkan, disebarkan, diumumkan. Ketika menulis post ini saya baru sadar bahwa seumur hidup saya hal-hal baik selalu disebarluaskan, faktanya hal buruk juga selalu ada. Oke, kesimpulan saya yang pertama adalah kebaikan berlaku sepanjang hayat dan harus selalu ada karena kejahatan dan sifat buruk juga tumbuh beranak-pinak.

Jika diminta untuk menyebutkan perbuatan baik apa yang sudah dilakukan saya susah mengucapnya.
Masih ingatkah hal-hal baik yang sudah saya lakukan? Bagaimana dengan Sahabat? Perbuatan baik itu banyak. Mulai dari senyuman, sapaan, itu juga perbuatan baik. Mungkin Sahabat belum menyadari juga bahwa banyak perbuatan baik yang sudah sahabat lakukan. Tetapi, jika diminta untuk mengingat sebaliknya, keburukan dan sifat jelek lain apakah sahabat bisa mengingatnya? Susah dihitung juga? Saya tidak bisa menghitung betapa banyak hal buruk yang sudah saya lakukan, termasuk yang paling gampang misalnya adalah menggunjing teman sendiri. Belum lagi kebiasaan malas dan lain sebagainya. Jika ditimbang saya yakin hal buruk jauh lebih berat daripada hal baik. Keburukan saya jauh lebih banyak daripada kebaikan, itu kesimpulan saya yang kedua.

Hal lain yang saya pelajari selama menjadi manusia di bumi ini adalah, saya tidak hidup sendiri. Saya hidup di alam yang sudah diciptakan Tuhan lengkap dengan segala isinya. Apakah saya sudah berbuat baik pada alam ini? Oke, ini masalah besar jika jawabannya tidak. Apakah Anda sudah berbuat baik pada alam tempat Anda tinggal dan hidup menua? Kesimpulan saya yang ketiga, saya sering mengabaikan alam yang sudah banyak memberikan kebaikannya pada saya.

Tuhan yang Maha Kuasa menciptakan bumi dan segala isinya. Manusia, sebagai bagian dari ciptaan-Nya, seperti saya lahir bahagia bisa menikmati udara, air, makanan yang semuanya diambil dari sari pati bumi ini. Coba Sahabat ingat, apa yang ada di diri kita yang tidak berasal dari alam? Pakaian? Serat kainnya dari kapas, tanaman. Yang sintetis? Dari senyawa yang diciptakan oleh ilmuwan pakar perkainan yang juga manusia bumi. Tinggal, bernafas, dan makan dari alam. Makanan sahur saya semalam, roti maryam dari gandum dan digoreng dengan margarin dari kelapa sawit yang ditanam dari lahan gambut Kalimantan nun jauh di sana. Laptop yang keyboardnya saya pencet ini bisa nyala dengan listrik yang sumber energinya diubah oleh PLN. Tidak, energi tidak diciptakan karena sifatnya kekal. Energi diubah PLN menjadi listrik dengan daya jutaan watt dengan generator raksasa. Energi didapat dari turbin air, panas bumi dan lain sebagainya. Lainnya? Mobilitas saya dengan ojek daring bisa berjalan jika pengemudi ojek daring punya BBM. Didapatnya dari endapan makhluk hidup ratusan tahun yang lalu di ratusan lapisan bumi.  Nah, Sahabat bisa berpikir lebih jauh lagi tentang sumbangsih bumi pada kehidupan kita. Sudahkah kita, saya dan Sahabat semua berbuat baik kepada bumi ini? Kesimpulan saya yang keempat, saya belum sepenuhnya bersyukur dan membalas kebaikan bumi.

Ada banyak hal yang perlu kita lakukan pada bumi yang sangat baik ini. Ia tidak menuntut dan membalas kita secara langsung atas perbuatan jahat kita. Pasti, entah perlahan atau cepat bumi ini akan lelah dengan perilaku buruk kita danTuhan sudah menjanjikan balasan atas segala perbuatan buruk kita. Tanpa terkecuali pada bumi ini loh.

Karenanya saya ingin berbuat lebih banyak pada bumi ini, mengingat masih banyak perbuatan buruk yang saya lakukan dan saya masih butuh tinggal di bumi. Tidakkah Sahabat menyayangi dan membutuhkan bumi ini juga? Banyak hal yang perlu kita lakukan untuk membuat bumi bahagia. Apa saja perbuatan baik yang bisa kita lakukan pada bumi? Yuk mulai dari hal-hal mudah ini 
  1. Tidak menyiksa binatang. Bahkan menakut-nakuti kucing yang sekedar lewat. Ajarkan pada anak-anak dan keponakan juga. Ingat bahwa bumi bukan diciptakan untuk manusia saja, binatang juga punya hak hidup nyaman. Berbuat baik pada binatang artinya berbuat baik pada sesama penghuni bumi.
  2. Tidak membuang sampah sembarangan. Agama saya mengajarkan kebersihan, ayo berhenti mengotori bumi.
  3.  Menggunakan listrik seperlunya. Serakahnya saya, dan mungkin Sahabat bisa membuat bumi bekerja ekstra keras diambil sumber energinya, bagus jika dimanfaatkan dengan tepat tapi apakah energy tersebut sudha bersih dan ramah lingkungan?
  4. Membeli barang-barang di sekitar kita. Membeli barang-barang yang jauh artinya membuat mobilitas kita bertambah. BBM yang dikeluarkan makin banyak, akibatnya polusi merajalela. Sungguh bagi saya hal ini masih sulit saya redam. Tapi saya akan berusaha.
  5. Menanam banyak tanaman. Menanam apapun di lahan sesempit apapun bisa dilakukan asal ada niatan. Oksigen bertambah dan suasana makin asri. Ini salah satu bonus yang bisa kita berikan pada bumi.
  6. Memilah sampah. Saya sudah memisahkan sampah dapur dengan sampah plastik. Lebih baik lagi jika sampak plastik dipilah menjadi sampah botol plastik dan kantung plastik. Tujuannya? Memudahkan pengolahan sampah dan daur ulangnya.

Melakukan enam hal ini sudah membuat perubahan bagi bumi. Apalagi jika dilakukan bersama-sama. Merasa sendirian dalam melakukan hal-hal tersebut seperti saya sekarang ini? Buat banyak kegiatan positif termasuk menyebarkan lewat postingan yang mengajak makin mencintai dan menghargai bumi. Kesimpulan saya yang terakhir, saya dan Sahabat, pasti bisa berbuat baik pada bumi. Tinggal meluruskan niatan semata karena ingin membahagiakan bumi yang sudah tua ini. Semoga Tuhan merahmati.


#oneweekonepost
#onedayonepost


Monday, May 28, 2018

Rezeki


http://mitsloan.mit.edu/newsroom/articles/probing-the-origins-of-happiness/


Bagaimana Sahabat memaknai rezeki? Apa sih rezeki itu? Anyway, penulisan yang benar sesuai KBBI adalah rezeki bukan rizki atau rejeki. Dalam kamus rezeki adalah kata benda (nomina) yang artinya segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah. Sebagai kata kiasan rezeki artinya penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk memelihara kehidupan); keuntungan; kesempatan mendapat makan.  Nah bagi saya rezeki adalah segala sesuatu yang berasal dari Tuhan yang terlihat maupun kasat mata yang meringankan kehidupan kita yang datangnya segera maupun nanti.

Saya rasa semua yang kita miliki saat ini adalah rezeki dari Tuhan. Kesehatan itu rezeki, buktinya ada ungkapan, kesehatan itu mahal harganya. Nah jika dinilai berarti besar sekali nilainya, maka ini juga rezeki kan? Di zaman dulu ungkapan paling tren adalah banyak anak banyak rezeki, jadi anak itu rezeki kan? Walau ungkapan ini bisa jadi kurang relevan sekarang, tetapi nyatanya anak adalah rezeki kan? Buktinya? Pasangan yang belum dikaruniai anak perlu bersabar dan terus berusaha berharap buah hati segera hadir dan selalu berkata, “Belum rezeki, ngga apa-apa, terus berusaha mungkin belum rezeki.”  Nah, rezeki lagi kan?

Rezeki datangnya tidak diduga. Nah kalimat ini menunjukkan pada rezeki yang bersifat nomina, countable, berkaitan dengan uang, dalam konteks ini saya rasa begitu. Karena kedatangannya bisa Anda rasakan. Misal, ketika lapar tiba-tiba ada yang mengantarkan sekotak nasi dan lauk pauk dari tetangga yang punya hajatan. Nah, rezeki juga kan?

Rezeki nomplok! Menyambung cerita tentang saya yang lapar dan tiba-tiba ada nasi kotak diantarkan langsung ke rumah. Setelahnya ada teman datang dan membawakan buah tangan sekilo apel dan sekilo jeruk keprok, maka saya bisa berkata. “Wah..rezeki nomplok nih.” Rezeki yang melimpah. Ah sesungguhnya hal seperti ini sudah bisa membuat saya sangat bahagia. Maka rezeki adalah sesuatu yang memberikan kebahagiaan, bukankah begitu Sahabat?

Rezeki apa yang baru saja Sahabat nikmati? Share yuk?


Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...