Sunday, September 23, 2018

Semanggi Suroboyo, Ikon Kuliner Yang Terlupakan



Semanggi Ssuroboyo, lontong balap Wonokromo
di makan enak sekali, sayur semanggi krupuk puli
bung… mari....
harganya sangat murah, sayur semanggi suroboyo
didukung serta dijual, masuk kampung, keluar kampung
bung.. beli…
sedap benar bumbunya dan enak rasanya
kangkung turi cukulan dicampurnya
dan tak lupa tempenya
mari bung, coba beli, sepincuk hanya setali
tentu memuaskan hati
mari beli, sayur semanggi, bung… beli…


Ini adalah lirik lagu Semanggi Suroboyo, lagu keroncong yang tenar di tahun lima puluhan. Lirik lagu ini sederhana, sesederhana panganan asli Surabaya. Adalah kampung di wilayah Sambikerep Surabaya yang dihuni oleh penjaja semanggi Suroboyo, dikenal juga sebagai pecel semanggi karena wujudnya mirip pecel sayuran pada umumnya.
Semanggi adalah tanaman paku air yang banyak ditemukan di sawah. Tanaman ini menjadi gulma padi dan tanaman pangan lain sehingga kemudian banyak diambil dan diolah jadi makanan. Kini, daun semanggi dibudidayakan, dikembangbiakkan untuk menyuplai penjaja makanan ini.

Daun semanggi segar yang disiangi dari sawah dicuci bersih dan kemudian direbus. Setelah ditiriskan bumbu pecel disiapkan. Berbeda dari pecel yang menggunakan kacang, gula merah, dan bumbu lain pecel semanggi menggunakan ubi kuning dengan sedikit kacang dan ditambah petis untuk memperkuat rasa. Ubi direbus dan kemudian dihaluskan bersama bumbu-bumbu lain. Tanpa daun jeruk, kencur, dan bumbu-bumbu lain, saus pecel ini tetap nikmat. Rasa legit didapat dari manisnya ubi. Petis bertugas sebagai penyedap rasa.  Campuran yang pas dimasak sampai menjadi bumbu yang kalis. Dengan dicampur air maka bumbu pecel ini siap menemani sayur semanggi.

Pada syair lagu Semanggi Suroboyo, kangkung, bunga turi, dan cukulan menemani semanggi. Kangkung tidak banyak dipakai para penjual karena harganya cukup mahal dibanding daun ubi. Maka daun ubi menggantikan kangkung. Bunga turi juga tidak lagi mudah ditemukan, pohonnya makin langka. Jadilah daun ubi bercampur kangkung dan semanggi diguyur bumbu pecel semanggi.

Semanggi dijual oleh penjual yang menyunggi dagangannya sambil membawa seplastik besar kerupuk puli, kerupuk khas semanggi yang jumbo ukurannya. Penjual yang modern memakai sepeda motor untuk menjajakan dagangannya. Tak banyak penjual semanggi Suroboyo sekarang. Selain karena bahan baku daun semanggi yang susah didapat, karena sawah pun berkurang, masyarakat lebih menyukai makanan modern yang kekinian. Orang Surabaya asli pun banyak yang tidak tahu apa itu Semanggi Suroboyo alias pecel semanggi. Kuliner khas ini perlu dilestarikan dan dijadikan ikon wisata kuliner Surabaya selain rujak cingur yang tiap tahun sudah dibuatkan festivalnya.


#TantanganODOP2 #onedayonepost #odopbatch6 #fiksi/#nonfiksi

No comments:

Post a Comment

Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...