Sunday, December 2, 2018

Kawan Lama

https://bit.ly/2lPjAkF


Sore ini seperti biasa selepas Ashar wanita berdaster itu berjalan menyusuri gang. Usianya sekitar 56 tahunan. Kadang ia memakai jilbab, kadang rambutnya dikonde cepol kecil. Ia selalu memakai gaun rumah yang dibuat longgar. Setiap hari selalu salin pakaian, berbedak dan berjalan tergesa langkah teratur.

Hari ini dijinjingnya kursi kecil dari plastik. Tujuannya satu, ke ujung gang, Ia akan menunggu temannya datang. Temannya selalu datang dan mereka akan bercengkerama, bicara ngalor-ngidul tentang topik apa saja yang menarik hati mereka berdua. Mereka selalu bertemu di pos kamling RT lima.  Posnya tepat di sisi jalan raya di sebelah mulut gang. Pos selalu terkunci dengan beberapa kursi plastik tempat orang duduk meronda di malam hari,  jadi wanita tua berdaster membawa kursi kecilnya sendiri.

Ia sampai di pos kamling. Sedikit membungkuk ia mencari tempat yang pas untuk kursinya. Diperiksanya kerikil pinggir jalan, dicungkil satu yang menurutnya tidak pada tempatnya dan diletakkan kursinya. Pas! Giliran pantat diparkir di atas kursi. Nyaman sudah, tinggal temannya yang belum datang.

Tak lama berselang ia mulai tertawa. Bahagia hatinya temannya sudah datang tidak terlambat. Wanita tua berdaster mulai bercerita tentang kegiatan belanjanya kemarin. Ia memasang wajah kesal, harga-harga naik dan ia bertemu musuh masa kecilnya. Bicaranya mulai berapi-api, ia mengingat semua kebencian pada teman masa kecilnya itu. Sedikit sumpah serapah terlontar juga dari mulutnya sambil bercerita. Kesal hati dan dendamnya membuatnya tak henti bercerita tentang belanjaan dan musuhnya.

Ia terus mengajak teman ngobrolnya bicara tentang banyak hal. Kadang ia tertawa karena memang lucu ceritanya, kadang nadanya datar, dan kadang penuh amarh, seperti cerita belanja kemarin hari yang tak sengaja bertemu musuh. Ia tak henti bercerita, sesekali melihat sekilas ke arah segelintir orang yang melewatinya cepat-cepat. Ia tak peduli dan terus bercerita.

Hari makin senja dan menjelang waktu Maghrib ia berpamitan dengan temannya. Sedikit tertawa terkekeh ia berpamitan dan beranjak pergi. Tak lupa ia ambil kursi plasti kecilnya dan berjalan masuk gang kembali ke rumahnya. Esok di jam yang sama ia akan kembali ke pos kamling, temannya pasti menunggu. Ia berjalan melewati ibu-ibu yang baru pulang dari pengajian di masjid kampung di gang itu. Ia tidak menyapa dan terus berjalan ke rumah.  Para ibu tadi melihat wanita tua berdaster dan mulai membahas hal yang sama, mengasihani wanita tua berdaster yang berkawan dengan khayalannya, berbicara dengan angin setiap hari di jam yang sama tanpa terlewat satu hari pun. Kadanga bicara dan kadang memaki tanpa ada teman bicara. Ibu pengomentar mengingatkan kelompoknya agar selalu rileks, tidak stres, agar tidak gila. Ia menutup komentarnya sambil tertawa terkekeh dalam nasihat yang dibungkus dengan nada melucu. 


#ODOPBatch6

4 comments:

Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...