Wednesday, September 26, 2018

Kejutan Hari Itu

sumber: https://bit.ly/2IhpXH0


Denis melangkah malas keluar kamarnya. Cuaca sudah tidak bersahabat dari semalam. Hujan turun sesuka hati kadang deras kadang hanya rintik yang datang, tapi mereka semua kompak muncul lepas senja kemarin. Tidak dibiarkan tanah dan jalanan kering barang sejengkal pun. Denis menyibak tirai kamar kosnya, mendung masih menggantung enggan pergi. Ia putuskan tetap bekerja, kehidupan sudah susah hanya dengan berdiam diri di kamar kos. Semburat angka hutang piutang di angannya juga tidak serta merta menghilang jika ia tidur lagi di kamar.

Denis bersalin baju, pergi keluar rumah setelah memastikan gawai di saku, dompet ber-SIM dan STNK lengkap tapi tipis tanpa himpitan uang kertas. Ia berjalan malas menuju garasi rumah kosnya. Mobilnya lusuh, selusuh semangatnya pagi itu. Semalam ia akan memandikan kendaraan penuh jasa itu tapi hujan terlanjur datang. Ia buka pintu mobil dan duduk di jok sopir membau wangi parfumnya bercampur wewangian mobil yang hampir tak berbau lagi. Ia lupa belum mengisi ulang wadahnya.

Dinyalakan aplikasi taxi online, jarinya cekatan menggeser layar. Ia sudah aktif, saatnya mencari penumpang di jam sepi. Jam 11.00 pagi menjelang siang, waktunya orang sibuk di kantor siapa yang butuh taxi online. Ia melaju dengan kecepatan sedang dalam mobilnya.

Tak lama ada pesanan masuk di gawainya, dilihatnya seksama sambil tetap konsentrasi pada aspal jalanan. FX Sudirman, hanya 300 an meter lagi dari tempatnya sekarang. Ia membaca nama pemesan, Mirna. Denis menghubungi Mirna, memastikan bahwa penumpang ini ada bukan main-main sok usil. Kurang dari lima menit terlihat wanita 24 tahunan melambai lemah dari pinggir jalan. Wanita itu mendekat dan membuka pintu belakang.

“Siang Mbak Mirna, tujuan ke Jalan Hang Lekir ya Mbak?”Tanya Denis.

“Iya mas.”jawab Mirna singkat dan sibuk menggerakkan jari pada gawainya. Tak lama berselang ia menelepon sesorang sehingga pembicaraannya jelas terdengar Denis. “Gila ga sih Wi? Tahu gitu gue bawain aja bokap sama anak buahnya, biar dihajar sekalian. Kurang ajar tu orang. Bego banget gue ga bisa liat gelagatnya dari awal. Halo? Halo? Wi? Dewi?”Mirna seidkit berteriak. Rupanya sinyal telepon si penerima timbul tenggelam. Mirna mendengus kesal dan meracau pelan.

“Baru dari meeting kah Mbak?”Tanya Denis membuka pembicaraan.

“Nggak mas. Baru diputusin cowo saya.”dia menjawab kesal.

“Maaf mbak.”jawab Denis singkat.

“Nggak apa mas. Emang cowo kurang ajar kok. Saya ditipu.”ulasnya

“Ditipu uang mbak?”

“Semuanya. Uang, waktu, tenaga, pikiran. Mas tau ngga yang paling sebel dia ngaku kalo dia suka cowok. Penyuka sesama jenis. Gila kan mas? Udah pacaran lima tahun baru ngaku. Gila mas. Gila! Mirna emosional sambil berlinang air mata. Denis memerah.

“Cowoknya orang mana Mbak?”

“Sono, deket X sono rumahnya.” Mirna menyebut nama kampus terkenal di Jakarta Pusat. Denis mulai tertarik dan bertanya lebih lanjut.

“Kuliah di sana mbak?”tanyanya penuh selidik.

“Nggak. Tinggalnya aja. Kerja di hotel deket Senayan sono. Gila bener nih orang mas.”Mirna tetap emosional. Denis makin penasaran. Ia memberikan pertanyaan pancingan.

“Teman saya juga kerja di hotel deket Senayan mbak. DI hotel apa cowonya? Kali saya kenal.”lanjut Denis.

“Ah ngapain mas dibahas. Iwan namanya. Bilangnya kaya, anak pedagang kain Tanah Abang, tapi sukanya nipu orang. Udah ketipu duit, ketipu perasaan saya.” Mirna menjawab penuh kemarahan.

Denis diam tercekat. Iwan adalah kekasihnya. Ia mengaku juragan kain di Tanah Abang, tinggal di dekat kampus swasta di Jakarta Pusat . Hari Minggu kemarin ia meminjam uang pada Denis, untuk keperluan dagang. Karena cinta Denis memberikan lebih dari separo tabungannya. Sampai hari ini Iwan belum menghubunginya lagi. Diambilnya gawai dari dashboard mobil, ia takut jika layarnya menyala akan nampak foto mesra dirinya dan Iwan di latar layar gawainya.


 


#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 



No comments:

Post a Comment

Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...