Sunday, October 14, 2018

Ceres


https://www.pexels.com/photo/sky-space-telescope-universe-41951/

“Tim, kamu tidak berangkat kuliah? Profesor Kale akan datang memberikan kuliah umum hari ini kan?” Kemal sibuk menyelesaikan laporannya sambil bertanya pada Tim yang terkulai di kasur akibat clubbing semalam.

I know. Aku tahu ia akan datang. So what? Aku juga masih punya jatah bolos kuliah.” Tim kembali memejamkan matanya sambil menggeliat dan menekuk kaki.

“Kupikir kedatangannya berarti sesuatu untukmu. Maaf.” sambung Kemal.

“Ia berarti untukku jika ia ada untukku dan ibuku puluhan tahun yang lalu. Apa kerennya jadi profesor kosmologi kalau asal usul keluarga dan bagaimana menguatkannya saja ia tak paham.” Tim masih menjawab kesal.

Whatever Tim. Apapun itu yang jelas kalian berdua berkutat di bidang yang sama. Profesor Kale di bidang kosmologi dan kau mengawini astrofisika. Bukankah kalian berdua tergila-gila pada alam semesta ini? Seperti ini kau masih menolak kejeniusan ayahmu yang mengalir pada dirimu? Kalian memusingkan bagaimana alam ini terbentuk dan bagaimana sifat fisik berpadu, urusan bertatap muka saja saling menghindar.” Kemal menghela nafas dan kembali menatap layar laptopnya.

“Ah..shut up.” Tim melempar bantalnya mengenai punggung Kemal, sambil terus memainkan game console dengan khidmat. Kemal terkekeh melihat sahabatnya yang seunik tata surya. Penuh debris, pecahan batuan angkasa yang datang tak terduga, melayang-layang, tampak anggun, kecil tapi mematikan. Begitulah Tim. Ia mungkin mahasiswa yang terlihat biasa saja di kampus, tak terkenal, tak punya banyak teman, tapi sebenarnya jenius.

Kemal membalik majalah sains yang editornya ayah Tim sendiri, ayah tiri Tim lebih tepatnya. Ia kembali melihat sampul depan majalah itu, bukan edisi baru, edisi setahun yang lalu. Ia berhenti di halaman ke-56. Bukan judul yang membuatnya terhenyak, tetapi catatan di secarik kertas yang sudah menguning.

Ada perhitungan rumit yang baru dilihatnya dan simbol-simbol matematika yang cukup umum di memorinya. Kemal membalik kertas dan nampak kesimpulan yang mengejutkannya, estimation of impact probability, perkiraan peluang bertabrakan 98% 25 Oktober 2018 , dua hari lagi. Kemal melihat kembali judul artikel tempat kertas itu diselipkan. Penelitian Profesor Kale tentang asteroid Ceres, terbesar di kelasnya. Masih ada di orbitnya, sejauh ini.

“Eh…Tim, apakah ini Metode Monte Carlo?” Tanya Kemal penasaran dan gugup.

“Apa?” Tim melirik sepintas ke arah kertas yang ditunjukkan Kemal.

“Ini, perhitungan ini. Apakah ini Metode Monte Carlo? Untuk menentukan tumbukan asteroid dan benda luar angkasa lain dengan bumi.” Lanjut Kemal.

“Oh, itu. Bukan. Itu Vavilov dan Medvedev, aku pakai teori mereka. Belum diajarkan di kelas kita.” jawab Tim santai.

“Apapun itu, waktu bertabrakannya dua hari lagi?”

“Oh ya? Aku lupa. Larilah kalau kau mau.” Tim menjawab acuh tetap fokus pada game nya.

Kemal menghambur keluar mengapit majalah dan kertas hitungan sahabatnya di tangan. Kampus sasarannya. Jika benar hitungan Tim maka kurang dari 48 jam bumi belahan utara dihantam Ceres. Peluh deras menemani Kemal yang pontang-panting berlari hampir menabrak tong sampah di depannya.  

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 

No comments:

Post a Comment

Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...