https://www.pexels.com/photo/sky-space-telescope-universe-41951/ |
“Tim, kamu tidak berangkat
kuliah? Profesor Kale akan datang memberikan kuliah umum hari ini kan?” Kemal
sibuk menyelesaikan laporannya sambil bertanya pada Tim yang terkulai di kasur
akibat clubbing semalam.
“I know. Aku tahu ia akan datang. So what? Aku juga masih punya jatah bolos kuliah.” Tim kembali
memejamkan matanya sambil menggeliat dan menekuk kaki.
“Kupikir kedatangannya berarti
sesuatu untukmu. Maaf.” sambung Kemal.
“Ia berarti untukku jika ia ada
untukku dan ibuku puluhan tahun yang lalu. Apa kerennya jadi profesor kosmologi
kalau asal usul keluarga dan bagaimana menguatkannya saja ia tak paham.” Tim
masih menjawab kesal.
“Whatever Tim. Apapun itu yang jelas kalian berdua berkutat di
bidang yang sama. Profesor Kale di bidang kosmologi dan kau mengawini
astrofisika. Bukankah kalian berdua tergila-gila pada alam semesta ini? Seperti
ini kau masih menolak kejeniusan ayahmu yang mengalir pada dirimu? Kalian memusingkan
bagaimana alam ini terbentuk dan bagaimana sifat fisik berpadu, urusan bertatap
muka saja saling menghindar.” Kemal menghela nafas dan kembali menatap layar
laptopnya.
“Ah..shut up.” Tim melempar bantalnya mengenai punggung Kemal, sambil
terus memainkan game console dengan
khidmat. Kemal terkekeh melihat sahabatnya yang seunik tata surya. Penuh debris, pecahan batuan angkasa yang
datang tak terduga, melayang-layang, tampak anggun, kecil tapi mematikan.
Begitulah Tim. Ia mungkin mahasiswa yang terlihat biasa saja di kampus, tak
terkenal, tak punya banyak teman, tapi sebenarnya jenius.
Kemal membalik majalah sains yang
editornya ayah Tim sendiri, ayah tiri Tim lebih tepatnya. Ia kembali melihat
sampul depan majalah itu, bukan edisi baru, edisi setahun yang lalu. Ia
berhenti di halaman ke-56. Bukan judul yang membuatnya terhenyak, tetapi
catatan di secarik kertas yang sudah menguning.
Ada perhitungan rumit yang baru
dilihatnya dan simbol-simbol matematika yang cukup umum di memorinya. Kemal
membalik kertas dan nampak kesimpulan yang mengejutkannya, estimation of impact probability, perkiraan peluang bertabrakan 98%
25 Oktober 2018 , dua hari lagi. Kemal melihat kembali judul artikel tempat
kertas itu diselipkan. Penelitian Profesor Kale tentang asteroid Ceres,
terbesar di kelasnya. Masih ada di orbitnya, sejauh ini.
“Eh…Tim, apakah ini Metode Monte Carlo?”
Tanya Kemal penasaran dan gugup.
“Apa?” Tim melirik sepintas ke
arah kertas yang ditunjukkan Kemal.
“Ini, perhitungan ini. Apakah ini
Metode Monte Carlo? Untuk menentukan tumbukan asteroid dan benda luar angkasa
lain dengan bumi.” Lanjut Kemal.
“Oh, itu. Bukan. Itu Vavilov dan
Medvedev, aku pakai teori mereka. Belum diajarkan di kelas kita.” jawab Tim
santai.
“Apapun itu, waktu bertabrakannya
dua hari lagi?”
“Oh ya? Aku lupa. Larilah kalau
kau mau.” Tim menjawab acuh tetap fokus pada game nya.
Kemal menghambur keluar mengapit
majalah dan kertas hitungan sahabatnya di tangan. Kampus sasarannya. Jika benar
hitungan Tim maka kurang dari 48 jam bumi belahan utara dihantam Ceres. Peluh
deras menemani Kemal yang pontang-panting berlari hampir menabrak tong sampah
di depannya.
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
No comments:
Post a Comment