Monday, October 8, 2018

Furrever Home - Perjalanan (Bagian 3)

Photo by Tatiana from Pexels



“Luz…kamu di mana? Jangan tinggalkan aku.” panik, aku mencari Luz. Baru sekejap aku membersihkan badanku mengapa ia sudah menghilang. Aku melihat sekelilingku dengan seksama. Bisa kulihat hari malam di luar karena sinar bulan yang masuk ke dalam got sangat sedikit. Bayanganku terpantul di dinding got besar. Aku bersyukur mataku bisa terbuka lebar. Luz pasti telah menjilat wajahku dengan mulut busuknya. Tetapi mengapa ia berbau busuk? Mengapa ia menjiatiku dan Sangmin? Mengapa ia kotor sekali? Kurasa badannya penuh lumpur. Mengapa ia menyuruhku membersihakn diri dan ia sendiri menghilang?

Aku senang tapi sedih. Merasa bebas tapi terkekang di dalam saluran pembuangan besar ini.  Aku meringkuk tak jauh dari pancuran. Tempat yang kering hampir tak ada. Kujilat bulu-buluku, kasar lidahku menyikat permukaan buluku. Aku berusaha untuk tenang tapi aku sebenarnya takut. Sebentar-sebentar aku berhenti menjilat dan melihat sekelilingku. Luz menghilang.
Aku tetap memanggil namanya, “Luz…kamu di mana? Luz…” kupanggil berulang kali dan tanpa jawaban aku tertidur dalam lapar yang mendera. Sulit bagiku untuk tidur, kepalaku mulai pusing dan aku membayangkan sardin lembut yang kumakan bersama ibu dan saudaraku.

“Uk! Bangun Uk!” suara yang kukenal membangunkanku, bau busuk itu datang lagi.

“Luz?”

“Ah kamu, Nak. Belum terbiasa kupanggil Yusha. Dari tadi aku memanggilmu mengapa kamu diam saja? Dipanggil Uk baru menoleh.”

Aku diam saja dan girang dalam hati, akhirnya Luz datang kembali.

“Ayo, cepat kita keluar. Kamu sudah bersih kan? Tunggu di sini.” perintahnya dan sejurus kemudian Luz membersihkan badannya di bawah pancuran. Dia kini tampak sedikit menyerupai sesamaku, badannya kurus, tulangnya kuat terlihat walau tertonjol tanpa tutupan daging. Mungkin usianya setua ibu. Rahangnya kuat dan mirip sepertiku kumis kami jarang-jarang. Ah kupikir hanya aku yang punya kumis jelek rupa. Dia pun sama.

“Ikuti aku.” perintahnya

Aku mengikutinya dalam hening.  Aku bahkan tidak tahu ke mana tujuan kami. Ajaibnya badan Luz tak bau lagi. Aku masih ingin bertanya mengapa baunya lebih sepuluh kali bau busukku yang terjebak entah berapa lama di got besar ini.

Kami berjalan menyisir pinggir got yang seidkit berlumpur. Kaki kecilku kotor, ringkih, tapi masih kuat untuk menahan badanku limbung akibat lumpur lengket di got. Yang kuingat kami melewati belokan pertama, tempat sekeluarga tikus bersarang. Mereka hanya mendesis tipis saat kami melewati. Luz berjalan sambil mengangkat dagunya pongah tanpa menoleh kea rah ereka, jadi kuikuti gaya berjalan dengan dagu terangkat, kecuali aku tetap menoleh kea rah mereka. Tak jauh dari tempat itu ada bagian got yang bersampah menggunung. Barisan kecoak sibuk keluar masuk sibuk tanpa kantuk. Dan kemudian kami bertemu dengan jenis kami yang lain. Luz memberi isyarat padaku untuk dekat dengannya, sambil berbisik dia berkata,”Tundukkan kepalamu.” maka aku mengikutinya.

Aku tidak berani memandangnya, karena Luz juga berjalan hati-hati, telinganya tegak lurus dan mulai bergoyang-goyang, bibirnya juga kulihat sepintas datar tak lengkung ke bawah. Ia waspada sekaligus gugup, maka aku pun ikut gugup. Aku membau teritori jantan yang tidak mau dilanggar. Mungkin dia adalah yang berkuasa di sini. Air seninya pasti sudah dilepaskan di sana sini agar Luz dan aku tahu kami sudah masuk ke wilayahnya, tidak bisa asal kami keluar masuk. Kejadian menegangkan ini berlangsung beberapa saat saja, untungnya, dan kami kemudian berjalan lurus tanpa suara sampai kami menemukan tangga naik ke permukaan got. Suara mulai terdengar bising ketika aku melangkah naik ke atas.

“Yusha, ayo cepat. Cepat!”

Aku bergerak cepat mengikuti Luz dan kami sampai di luar got. Baunya aneka ragam. Aku membau ikan, gurih, amis, keringat, sampah, bau aneh lain. Hidungku sibuk mengendus dan Luz berhenti berjalan sambil memandangku.

“Tadi itu tomcat yang berkuasa. Jangan sekali-kali kamu berurusan dengannya. Maaf tadi kita harus cepat-cepat melewatinya. Jangan kau Tanya padaku siapa namanya Nak, yang penting jauhi dia. Kamu tahu kita ada di mana?”

“Tidak.” jawabku.

“Ini dunia Nak. Kita sudah ada di lingkarannya.” Luz terdengar bangga saat mengucapkan kata dunia.
Aku tahu dasar lumpur berbau sudahh berganti dengan jalan padat yang kasar permukaannya. Walau bulu-bulu menyembul di antara  telapak kakiku tapi aku bisa tetap merasakan kasar jalanan. Aku mendengar bising di sana sini. Beda dengan kebisingan di dalam got yang terdengar bersahutan berulang, menggema memantul di dinding got. Mataku juga silau dengan sinar yang berkelebatan. Bau, sudah kubilang tadi bau aneka rupa ada di sini. Kadang aku membau sardin tapi kadang bau itu berganti bau lain. Dan aku paling tertarik dengan banyak benda bergerak cepat dan bersuara lantang, sambil masih berdiri tak lama kemudian aku belajar mereka disebut manusia.

“Yusha, perhatikan aku baik-baik Nak. Perjalanan kita dimulai hari ini. Kamu harus selalu berani, itu membuatmu tetap hidup. Jika hidup kamu akan bahagia. Perayalah, Nak. Dan dalam perjalanan ini aku akan mengajarkanmu banyak tentang manusia. Ingat-ingat pesanku, mereka pintar tapi juga bodoh. Cakap, tapi juga ceroboh. Kejam, tapi bisa juga lembut. Ini perjalananmu Nak, kamu siap?” pertanyaan Luz menutup petuahnya.

“Ya.” hanya kata itu yang terucap. Aku tidak juga siap, kesiapan apa yang kupunya sedangkan aku tak tahu apapun tentang dunia dan manusia. Tentang hidup dan masa laluku saja aku tak tahu. Tapi aku tertantang dengan perjalanan ini. Perjalanan, ya…kurasa ini penuh petualangan.

Brak!

Aku tiba-tiba limbung dan telingaku sakit oleh suara keras yang menjatuhkanku. Gelap…

(bersambung) 

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 





5 comments:

  1. Aku jadi teringat komik tentang kucing yang dibeli saat SMP dulu. Judulnya mako pako jg bukan ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh tidak, masa sama? ahahha..sejujurnya sy ga terllau suka komik sih mb, entahlah klo ada kesamaan nama.

      Delete
  2. kawaiiii... lucu ihh,,, suka gemes kalau sama kucing tuh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makaciii semoga yang ga suka kucing juga bisa menikmati cerita seperti ini :D

      Delete

Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...