Sunday, October 7, 2018

Furrever Home - Perkenalan (Bagian 2)

sumber gambar: http://blog.bookthesurprise.com/friendship-day-surprise-ideas/


“Aaah…siapa kamu? Jangan sakiti aku?” teriakku memelas. Bau busuk itu makin tercium kuat.

“Eh, diam ah. Jangan berisik.” Jawabnya.

Aku terdiam bukan karena keinginanku tapi karena bau busuk menyengat bercampur dengan basah lengket di mataku. Anehnya rasa nyeri dan kelopak mata yang berat jadi sedikit berkurang, ringan walau tetap berbau busuk.

Aku mengerjap dan segera membuka mata. Mataku terbuka! Keduanya! Aku menengadah, segera melihat yang berbau busuk dan aku terkejut, tidak pernah aku melihat wujud seperti itu.  Apa ini yang disebut monster?

“Hei! Nak! Aku sama seperti jenismu, mengapa kamu membelalakkan mata begitu? Sudah bisa melek lebar kamu?”

“Eh, iya.” aku masih bingung menjawab pertanyaannya.

“Untung bisa kubersihkan semua kotoran di matamu. He he…maaf ya, aku bau pastinya. Tapi kamu beruntung Nak, aku cuma makan dari tempat sampah di ujung got ini. Biasanya lebih bau lagi mulutku. Eh tunggu, badanku! Yah, penuh lumpur dan sampah. Aduh, aku jorok sekali he he.” Ia menyerocos panjang lebar. Banya bicara tapi ia baik. Kurasa ia baik, semoga ini nyata.

“Tadi aku jilat matamu. Pernah juga aku membersihkan mata Sangmin. Umurnya mungkin dua minggu lebih muda darimu. Ia masih butuh ibunya, ah masa kamu tidak mengenal Sangmin? Dia kecil, lucu, sedikit kurus dan pendiam. Ah kamu harus banyak bergaul. Tapi… Sangmin mati.” cerocosannya diakhiri suara pelan penuh kesedihan. Aku makin bingung siapa dia dan mengapa dia ada di sini. Siapa pula Sangmin itu?

“Mengapa kamu sendirian di sini Nak? Ayo kita ke sisi sebelah sana, kita perlu membersihkan tubuh. Ayo kubantu.” tanpa persetujuanku dia langsung memepetkan badannya ke badanku, aku menghindar dan seketika mengikutinya. Aku tidak ingin badanku tertular bau busuknya, tapi aku juga tak ingin sendirian di sini.

Aku mengikutinya berjalan. Kudengar kecipak air karena langkah kakiku memecah aliran air yang ternyata menggenangi dasar got. Ah aku ada di dalam got besar. Baiklah, sedikit demi sedikit otakku mulai bekerja.

“Sangmin itu seperti kamu. Sendirian. Ditinggal ibunya. Matanya penuh kotoran, lama dia sendirian sampai aku datang banyak belatung sudah hinggap di sana. Oh Sangmin, kasihan sekali anak itu. Kujilati sampai bersih pun dia tak tertolong. Dia mati di sebelahku. Oh anak malang itu.” kali ini suaranya penuh kesedihan.

Aku makin tahu apa yang terjadi padaku. Aku di dalam got besar, aku ditinggalkan ibuku, mataku penuh kuman yang bisa jadi habitat belatung beranak pinak, nasibku sama dengan Sangmin, sedikit lebih baik.

“Kita ke mana?” tanyaku.

“Sebentar lagi kita sampai. Kita bersihkan tubuh dulu. Dingin tapi tak mengapa. Jangan jauh-jauh dariku.”

“Sangmin itu siapa?”

“Anak kecil pemberani. Aku mengasihinya walau hanya sebentar kami bersama. Tak mudah tinggal di tempat seperti ini. Kurasa kamu juga belum makan beberapa waktu makan. Apa yang sudah kamu makan selama ini? Tikus? Sampah?” tanyanya padaku.

“Iya, ada anak tikus. Kumakan tadi, lama sekali aku tidak tahu entah pagi, siang, atau malam, semuanya gelap dann samar.”

“Tak mengapa, asal kamu berani dan kuat. Kamu pasti pemberani. Pasti. Aku saja tidak mau lama-lama ada di sini, ada Mori, penguasa di sini. Yakin kamu belum pernah menemuinya, Nak?”

“Tidak”

“Baguslah. Semoga kamu memang anak pemberani seperti pikirku. Aku Luz. Umurku tiga tahun. 

Apa kamu punya nama?” pertanyaannya sulit kujawab. Ibu belum pernah menamaiku. Ibu biasanya memanggilku Uk.

“Uk. Itu saja yang kudengar dari ibu.”

“Uk? Nama yang aneh. Kupanggil kamu Yusha. Dari dulu aku suka nama itu. Bagaimana? Setuju?”
Aku diam saja dan tak lama mengangguk. Aku lebih suka Uk daripada Yusha. Tapi nama Uk sendiri terdengar aneh.

“Stop. Berhenti di sini. Maju sedikit, ayo.” perintahnya padaku yang ragu karena kami mendekati pancuran dari pipa patah. Air mengalir dari pipa.

“Ayo, maju Yusha. Kamu kan pemberani.” ajak Luz.

Mendengar kata pemberani kekuatanku datang. Aku maju dan berdiri tepat di bawah pancuran air. Tidak deras air yang jatuh tapi aku takut juga dengan air.

“Ya, begitu. Jangan takut. Goyangkan badanmu. Kibaskan juga ekormu. Bersihkan tubuhmu.” kudengar perintah Luz. Aku terpusat pada air dan badanku. Dingin dan menggelitik aneh rasanya tapi sekaligus menyegarkan. Kutahan rasa takutku dan aku mundur lagi menjauhi pancuran setelah mungkin empat kali kibasan ekor dan enam kali goyangan kepalaku terguyur air.

“Luz?” aku memanggil, tidak ada sahutan. Ia tidak ada di sampingku? Kulihat kiri dan kanan dia tidak ada. Apakah aku ditipu? Aku kedingingan dan sekarang benar-benar ketakutan. Aku bisa melihat tapi aku tidak mengenal tempat ini.

“Luz!”

(bersambung)

 #komunitasonedayonepost
#ODOP_6 


No comments:

Post a Comment

Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...