![]() |
sumber: https://bit.ly/2IhpXH0 |
Denis melangkah malas keluar kamarnya. Cuaca sudah tidak
bersahabat dari semalam. Hujan turun sesuka hati kadang deras kadang hanya
rintik yang datang, tapi mereka semua kompak muncul lepas senja kemarin. Tidak
dibiarkan tanah dan jalanan kering barang sejengkal pun. Denis menyibak tirai
kamar kosnya, mendung masih menggantung enggan pergi. Ia putuskan tetap
bekerja, kehidupan sudah susah hanya dengan berdiam diri di kamar kos. Semburat
angka hutang piutang di angannya juga tidak serta merta menghilang jika ia
tidur lagi di kamar.
Denis bersalin baju, pergi keluar rumah setelah memastikan
gawai di saku, dompet ber-SIM dan STNK lengkap tapi tipis tanpa himpitan uang
kertas. Ia berjalan malas menuju garasi rumah kosnya. Mobilnya lusuh, selusuh
semangatnya pagi itu. Semalam ia akan memandikan kendaraan penuh jasa itu tapi
hujan terlanjur datang. Ia buka pintu mobil dan duduk di jok sopir membau wangi
parfumnya bercampur wewangian mobil yang hampir tak berbau lagi. Ia lupa belum
mengisi ulang wadahnya.
Dinyalakan aplikasi taxi
online, jarinya cekatan menggeser layar. Ia sudah aktif, saatnya mencari
penumpang di jam sepi. Jam 11.00 pagi menjelang siang, waktunya orang sibuk di
kantor siapa yang butuh taxi online.
Ia melaju dengan kecepatan sedang dalam mobilnya.
Tak lama ada pesanan masuk di gawainya, dilihatnya seksama
sambil tetap konsentrasi pada aspal jalanan. FX Sudirman, hanya 300 an meter
lagi dari tempatnya sekarang. Ia membaca nama pemesan, Mirna. Denis menghubungi
Mirna, memastikan bahwa penumpang ini ada bukan main-main sok usil. Kurang dari
lima menit terlihat wanita 24 tahunan melambai lemah dari pinggir jalan. Wanita
itu mendekat dan membuka pintu belakang.
“Siang Mbak Mirna, tujuan ke Jalan Hang Lekir ya Mbak?”Tanya
Denis.
“Iya mas.”jawab Mirna singkat dan sibuk menggerakkan jari
pada gawainya. Tak lama berselang ia menelepon sesorang sehingga pembicaraannya
jelas terdengar Denis. “Gila ga sih Wi? Tahu gitu gue bawain aja bokap sama
anak buahnya, biar dihajar sekalian. Kurang ajar tu orang. Bego banget gue ga
bisa liat gelagatnya dari awal. Halo? Halo? Wi? Dewi?”Mirna seidkit berteriak.
Rupanya sinyal telepon si penerima timbul tenggelam. Mirna mendengus kesal dan meracau
pelan.
“Baru dari meeting
kah Mbak?”Tanya Denis membuka pembicaraan.
“Nggak mas. Baru diputusin cowo saya.”dia menjawab kesal.
“Maaf mbak.”jawab Denis singkat.
“Nggak apa mas. Emang cowo kurang ajar kok. Saya
ditipu.”ulasnya
“Ditipu uang mbak?”
“Semuanya. Uang, waktu, tenaga, pikiran. Mas tau ngga yang
paling sebel dia ngaku kalo dia suka cowok. Penyuka sesama jenis. Gila kan mas?
Udah pacaran lima tahun baru ngaku. Gila mas. Gila! Mirna emosional sambil
berlinang air mata. Denis memerah.
“Cowoknya orang mana Mbak?”
“Sono, deket X sono rumahnya.” Mirna menyebut nama kampus
terkenal di Jakarta Pusat. Denis mulai tertarik dan bertanya lebih lanjut.
“Kuliah di sana mbak?”tanyanya penuh selidik.
“Nggak. Tinggalnya aja. Kerja di hotel deket Senayan sono.
Gila bener nih orang mas.”Mirna tetap emosional. Denis makin penasaran. Ia
memberikan pertanyaan pancingan.
“Teman saya juga kerja di hotel deket Senayan mbak. DI hotel
apa cowonya? Kali saya kenal.”lanjut Denis.
“Ah ngapain mas dibahas. Iwan namanya. Bilangnya kaya, anak
pedagang kain Tanah Abang, tapi sukanya nipu orang. Udah ketipu duit, ketipu
perasaan saya.” Mirna menjawab penuh kemarahan.
Denis diam tercekat. Iwan adalah kekasihnya. Ia mengaku
juragan kain di Tanah Abang, tinggal di dekat kampus swasta di Jakarta Pusat .
Hari Minggu kemarin ia meminjam uang pada Denis, untuk keperluan dagang. Karena
cinta Denis memberikan lebih dari separo tabungannya. Sampai hari ini Iwan
belum menghubunginya lagi. Diambilnya gawai dari dashboard mobil, ia takut jika
layarnya menyala akan nampak foto mesra dirinya dan Iwan di latar layar gawainya.
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
No comments:
Post a Comment