Showing posts with label Reflection. Show all posts
Showing posts with label Reflection. Show all posts

Sunday, February 17, 2019

Rezekiku Tak Semata Pundi Uangku


sumber gambar: https://bit.ly/2IwP6S7


Semua pasti sudah tahu apa itu rezeki, atau ada yang belum tahu? Saya pernah nonton video singkat motivator kondang Merry Riana yang menegaskan bahwa rezeki tidak sama dengan gaji atau uang yang kita dapatkan. Rezeki bukan semata materi tapi rezeki adalah segala kenikmatan yang kita dapatkan yang bisa berwujud macam-macam.

Kesehatan misalnya, itu rezeki. Bayangkan jika Sahabat sakit, maka Sahabat terpaksa mengeluarkan uang bukan? Berkurang uang dan berkurang kenikmatan hidup. Maka kesehatan adalah sebuah rezeki. Begitu juga dengan anak, pasti semua pernah mendengar ungkapan anak adalah rezeki, tapi toh sesering apapun kalimatg itu digaungkan banyak pula jumlah mereka yang menyia-nyiakan anak dan menganggapnya sebagai beban. Kekerasan pada anak apalagi dilakukan oleh orang tua sendiri, bukankah berarti sudah mengabaikan rezeki?

Kali ini saya tak membahas panjang lebar tentang seluk beluk rezeki, cara mendapatkan rezeki dan lain sebagainya tentang menambah rezeki. Saya hanya ingin bercerita tentang rezeki dalam kaca mata saya. Sebagai orang dengan kepribadian INFP yang salah satu cirinya adalah idealis, maka saya pun berpedoman pada idealisme saya sendiri. Saya percaya bahwa berpikir positif akan menghasilkan hal yang positif dan banyak bersyukur akan mendatangkan rezeki. Sebaliknya, membayangkan hal buruk akan menghasilkan hal buruk dan menggerutu tak akan membawa kebahagiaan. Saya tak butuh penjelasan logis untuk hal ini, saya percaya dan itu memang terjadi. Maaf ya, ini memang ciri INFP J

Kembali ke masalah rezeki, bagi saya apapun itu jika membuat hidup saya lebih mudah dan senang ya itu rezeki. Baru saja tetangga mengetuk pintu dan sekotak nasi kuning saya dapatkan, rezeki buat saya. Mandi dengan air mengalir kencang, ah ini juga rezeki karena di rumah kontrakan terdahulu air mengalir tak sekencang sekarang dan kualitas airnya pun buruk. Seminggu ditinggal suami yang sakit tentu bukan hal yang mengenakkan, tapi Alhamdulillah ada rezeki untuk tetap belanja apa yang saya inginkan walaupun suami tak sempat meninggalkan uang belanja dan saya maklum karena keadaannya yang sakit. Dalam kesunyian rumah yang diisi saya dan bapak saya yang stroke pun masih ada rezeki dapat hiburan tendangan dari janin yang saya kandung. Si jabang bayi adalah rezeki yang luar biasa, saya dapatkan cepat tanpa menunggu lama. Nah jika mengingat hal-hal seperti ini apa masih boleh saya mengeluh tentang ini dan itu? Jumlah rezeki yang saya dapatkan jauh lebih besar daripada kesulitan hidup saya.

Adabanyak hal yang bisa saya tuliskan dan mungkin tak cukup waktu sehari untuk menuliskannya tetapi saya ingin menyampaikan bahwa bisa menuliskan postingan ini pun sebuah rezeki. Tanpa kemampuan menulis, tanpa punya laptop, tanpa punya ponsel, tanpa ada listrik, tanpa ada indera penglihatan, tanpa ada akal, tanpa ada nyawa mana mungkin saya bisa menuliskannya? Maka saya sangat bersyukur pada Allah yang sudah memberikan limpahan rezekinya. Sekali lagi, rezeki bukan melulu uang, sering kali ia tak bisa dinominalkan. Tak ternilai.

Wednesday, November 21, 2018

Pilih-Pilih Tema Blog Favorit, Makin Dipilih Makin Pusing?


www.pexels.com


Tema blog apa yang paling menarik untuk ditulis? Tema blog apa yang paling disukai?
Sahabat, pernahkah kebingungan untuk menentukan tema yang sesuai dengan passion dan selera pembaca yang akan memperngaruhi ramainya blog kita? Ini adalah hal yang juga saya alami tiap memulai proyek blogging. Bagi saya ini seperti tantangan besar, menulis untuk kesenangan atau menulis untuk mendapatkan uang? Baiknya sih dua-duanya, tentu saja!


Bagi saya yang masih pemula dalam hal professional blogging maka asal bisa menulis dengan konsisten adalah suatu pencapaian besar buat saya. Menulis tak semudah yang dibayangkan, tetapi juga bukan hal yang sulit luar biasa. Asal ada niat pasti ada jalannya, dan bukan hal yang aneh jika kemudian konsistensi ini menguap begitu saja. Masalah utamanya karena manusia punya banyak urusan dan prioritas yang kacau balau membuat acara blogging juga kacau. Karena itu, selagi saya bisa menuliskan banyak hal di kepala saya maka blogging untuk membuat saya disiplin menulis cukup berhasil.


Akhirnya, temanya gado-gado. Dan yang saya tahu jenis tema ini masuk niche lifestyle. Jika bisa mengerucut pada satu saja jenis tema maka ini akan jauh lebih baik. Kembali pada pertanyaan awal, tema blog apa yang paling menarik untuk disukai? Bagi saya menulis tentang pengalaman hidup dan cerita inspiratif adalah tema yang keren. Tapi jika saya ditanya tema blog yang saya sukai, yang tidak perlu saya tulis sendiri, maka jawabannya adalah blog tentang makanan. Oh saya sangat suka makan makanan.

Sering saya berpikir apakah saya harus membuat blog khusus tentang makanan? Apa yang saya tahu tentang makanan? Apakah saya akan menulis resep-resep makanan padahal saya tak jago masak? Atau saya akan menulis review tentang makanan? Ah, kemudian saya tak banyak hunting makanan akhir-akhir ini.

Baiklah, kemudian saya kembali pada niat awal saya, saya ingin menulis dengan baik, konsisten, rajin, dan informatif. Ada banyak cerita hidup yang bisa saya bagi dan karenanya tema blog tentang lifestyle tampaknya yang paling memungkinkan untuk tetap saya pegang. Oke, saya akan mencoba konsisten untuk mennghasilkan tulisan-tulisan bermutu yang masuk dalam tema lifestyle yang tujuannya adalah untuk membagi informasi dan pengalaman dengan para pembaca. 

Apa tema blog favorit Sahabat?




#BPN30dayChallenge
#BloggerPerempuan



Tuesday, November 20, 2018

Blogging Itu Seru, Ayo Berkarya Lagi

Photo by rawpixel.com from Pexels


Blogging sebenarnya bukan hal baru bagi saya. Saya mengenal blog mungkin sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Apakah kemudian saya sudah jadi blogger profesional yang menghasilkan? Tentu tidak hehehe. Ini semua berkaitan dengan kurang ilmu, kurang silaturahmi, dan kurang konsisten.

Kurang ilmu ya karena blogging itu tentang banyak hal. Mulai dari bagaimana membuat tampilannya menarik, layak dikunjungi, enak dibaca, bisa jadi sumber pemasukan uang jajan dan lain sebagainya. Kurang silaturahmu berkaitan dengan urusan blogwalking alias jalan-jalan ke rumah blogger lain. Saling mengunjungi berpengaruh pada…ah saya lupa apa istilahnya. Yang jelas traffic blog yang baik akan meningkatkan popularitas blog itu sendiri. Selain itu, kunjungan dan komentar dari pembaca akan membuat saya semakin bersemangat menulis. Sekali lagi, ini belum maksimal saya lakukan. Yang ketiga, konsistensi, inilah hal terberat. Niatan untuk terus mengisi blog biasanya kencang di awal dan kendor di pertengahan. Endingnya? Tentu saja blog terbengkalai bertahun-tahun.

Entah sudah berapa blog yang saya buat sampai sekarang. Yang masih saya isi hanya satu blog. Lainnya paling tidak masih say aingat passwordnya. Sisanya? Saya bahkan tak tahu username dan kata kuncinya lagi. Betapa banyak blog-blog terbengkalai itu. Oh ya, saya bahkan sempat membuat blog dengan domain berbayar yang akhirnya juga tersia-siakan, kosong tak terupdate dan rugi uang karena membayar hosting domain. Awalnya saya pikir dengan membeli domain yang berbayar maka saya akan bisa memaksa diri untuk rajin menulis. Ah ini pun alasan klise, tanpa diniati dengan tekad kuat dan konsistensi menulis yang baik ya percuma saja.

Dengan banyak melihat blogger sukses dan saya pun ingin sukses di dunia blogging, maka saya mengikuti beberapa tantangan menulis dan tantangan blog. Buat saya sukses blogging untuk nantinya menghasilkan uang mungkin butuh waktu tahunan. Tapi kesuksesan yang sebenarnya adalah ketika tulisan-tulisan saya bisa menghibur pembaca, mendatangkan komentar baik, memberikan pengetahuan baru, menambah teman, dan membuat saya lebih produktif di rumah. Itu yang utama. Blogging juga menjadi sarana untuk saya terus berlatih menulis. Menjadi penulis dan blogger adalah cita-cita yang selalu saya bayangkan tapi belum terwujud.

Semoga dengan mengikuti challenge dan menimba ilmu dari Blogger Perempuan saya bisa belajar dan berkarya lebih baik lagi.




#BPN30dayChallenge
#BloggerPerempuan

Tuesday, September 18, 2018

Di Rumah Saja, Tetap Asyik Tak Terusik

sumber: https://bit.ly/2Nolb06


Apakah Sahabat seringkali menghadapi pertanyaan, “Di rumah saja? Emang enak? Bisa apa kalau di rumah saja? Yakin ga sayang dengan kuliahmu dulu kalo di rumah saja?” Alhamdulillah siapa bilang berdiam di rumah bikin bosan? Semua jadi membosankan tanpa kegiatan, tapi jika ada rutinitas yang dikerjakan walau di rumah semua terasa menyenangkan. Saya akhirnya meninggalkan pekerjaan dan diam di rumah. Bukan diam tidur-tiduran tanpa kegiatan tapi malah mengerjakan hal-hal yang saya suka.


Ketika saya mengambil keputusan inipun banyak yang meragukan keinginan saya. Ada yang meragukan keadaan finansial saya jika tidak bekerja seperti biasa, ada yang menanyakan kemantapan hati dan mental saya, ada pula yang meragukan kemampuan saya bertahan di rumah saja mengingat dulu saya orang kantoran dan cukup workaholic. Mendengar beberapa pendapat ini sebenarnya saya sedikit kesal, toh ini hidup saya, saya berhak memilih dan ini tidak ada urusannya dengan hidup dan pendapat pribadi orang lain. Bagaimanapun juga saya sendiri yang kemudian bisa membuat kesimpulan tentang hal positif yang saya dapat dari keputusan untuk beraktivitas di rumah dan meninggalkan sektor formal (bekerja kantoran). 


Banyak hal positif dan menyenangkan  yang saya dapat dari aktivitas di rumah. Sejauh ini tak ada yang negatif sih. Akhirnya saya bisa banyak membaca. Dulu ketika bekerja kantoran, membaca satu buku bisa sampai dua bulan. Sekarang bisa dibaca dua atau tiga hari. Alhamdulillah. Membaca menyegarkan otak saya. Latihan menulis juga lebih intens, ini juga kebahagiaan tak terkira. Membuat kerajinan tangan di rumah juga bisa nyaman dilakukan.


Memang tidak ada income seperti dulu, tapi saya tidak khawatir. Tugas yang penting adalah menjadi istri. Toh mencari nafkah bukan kewajiban. Saya berhenti dari pekerjaan karena keinginan pribadi, bukan karena dorongan suami. Tiba-tiba saja ingin mengubah kebiasaan dan gaya hidup kantoran jadi rumahan.


Tetapi jika saya pikir lagi, kemerdekaan mengatur waktu berarti mahal harganya. Alhamdulillah semua bisa teratasi. Niat jajan hilang, yang ada semangat membaca. Saya tidak menyesali keputusan _resign_ hidup saya sekarang jauh lebih nikmat daripada sebelumnya. Ternyata kebahagiaan itu sederhana. Banyak hal yang bisa disyukuri. Banyak sekali.


Jika dulu saya sering meratapi saldo rekening tabungan, Alhamdulillah sekarang bisa lebih bahagia tanpa memikirkan debit kredit lagi. Benar-benar menulis dan membaca itu nikmat sekali. Dan untuk kenikmatan tersebut apalagi yang bisa dilakukan selain terus bersyukur dan memuja Allah. Rencana Allah adalah yang terbaik. Apa yang sudah digariskan-Nya adalah yang terindah. Sungguh besar karunia-Nya dan tak terbatas berkah-Nya, tinggal saya yang harus terus mengucap syukur. Alhamdulillah.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 

Wednesday, September 12, 2018

Mematut Maut

sumber gambar: https://bit.ly/2Qonsq8



“Bang, rokok satu dong.” 

“Nggak ngecer Bur. Kerjaan enak masih aja beli rokok ngeteng. Beli sebungkus lah.” Tohari menggoda si pelanggan warung yang sudah lama dikenalnya. Burhan sudah seperti saudaranya sendiri. Dulu ia sering iri karena Burhan selalu juara di sekolah, walau jadi adik kelasnya. Pekerjaannya pun mapan, berulang kali ikut proyek pembangunan jalan tol. Kadang pulang tiga bulan sekali. Kadang lama di kampung, tapi ia selalu berkantong tebal. Semua orang di kampung tahu Burhan beruang, bulan lalu baru membeli motor baru. Tunai, tidak seperti para tetangga yang menyicil motor dan berhutang sana-sini.


Tohari lantas memberikan sebatang rokok pada Burhan. “Nih, sebiji aja? Ga kurang? Tiga lah ya?”

“Jangan lah Bang. Aku kurangi rokok. Calon istriku tak suka aku banyak merokok.” Burhan berkelit sambil mengambil hanya sebatang dari beberapa yang disodorkan Tohari.

“Loh, sebatang juga kalo dibakar bakal nagih Bur. Kurang lah.” Tohari tertawa mengejek sambil memasukkan sisa rokok ke dalam wadah kaleng kecil dan memasukkan ke etalase kaca warungnya. 

“Sejak kapan kamu jadi manut sama perempuan Bur?” Penasaran Tohari bertanya sambil duduk berdekatan dengan Burhan.

“Ah kamu ini Bang. Calon istriku ingin aku sehat, katanya biar aku hidup lebih lama, bisa menjaganya selalu. Jadi aku disuruh berhenti merokok. Ya susah, tapi mulai aku kurangi. Ngeri aku Bang, dua temanku kemarin sekarat kena kanker tenggorokan dan satu lagi mandul. Lah sekarat juga itu namanya Bang. Ngeri aku, yang terakhir itu paling ngeri lah dibanding kanker.” Burhan tertawa kecut.

“Kalo mati ya mati aja Bur.” Tohari mengejeknya.

“Ya beda lah Bang. Sama kaya makan, ga usah makan juga ga masalah kalo tujuannya mati. Kita kan berusaha hidup. Rokok itu kaya ulat Bang. Lamban tapi habis sepohon, pelan tapi menggerogoti paru-paru Bang. Parahnya ya itu…bikin mandul. Apes banget lah Bang kalo itu, mana ada gagahnya laki-laki mandul Bang.” kali ini Burhan tertawa keras, mungkin membicarakan kemandulan terlalu menggelikan buatnya.

“Terserah kau lah Bur.” Tohari berdiri meninggalkan Burhan yang hanya mencium sebatang rokoknya tanpa disulut. Ia lalu melayani pembeli lain yang datang memesan kopi hitam. Sambil menjerang air Tohari membuka laci meja warungnya dan meraba sekilas amplop coklat lebar yang merebah lesu di sana bersama lembaran uang dan beberapa logam uang receh. Diingatnya hasil foto rontgen dua bulan lalu. Kata dokter, PPOK*. Namanya terlalu seram untuk dihafal.

Tohari berhenti berobat dan memilih untuk menikmati hidup versinya. Merokok dan berjualan seperti biasa. Toh nasib sudah diatur Tuhan, begitu pikir Tohari. Jika maut datang dia tinggal menyambut. Tak perlu seperti Burhan yang mematut maut agar tak datang cepat, supaya hidupnya lebih berkualitas, untuk bisa hidup lebih bahagia. Buat Tohari hidup ini tak perlu muluk-muluk. PPOK cukup dibabat dengan minum jamu buatan istrinya. Ini kesimpulan dari konspirasi jahat akal buntu dan kelemahan imannya. Toh itu yang keyakinan Tohari.

Diliriknya Burhan yang tersenyum-senyum sambil menatap layar gawai. Ia bercakap-cakap manja dengan pacarnya. Suara keduanya bercampur dengan bau kopi dan gorengan pisang, ketela, dan ubi yang menguar dari meja warung. Rokok tetap ada di antara jari tengah dan telunjuk kiri Burhan, diam di situ tak disulut. Sudah diajarkan si pemilik untuk ikut mematut maut.


*PPOK = Penyakit Paru Obstruktif Kronik

#tantanganODOP1
#onedayonepost
#odopbatch 6

Saturday, September 8, 2018

Street Feeding, Pemberi Asa Penghuni Jalan.

sumber gambar: https://bit.ly/2wTCjzL


Pagi hari dihujani hangat sinar matahari mengantarkan warga kota bergegas menuju tempat tugasnya. Tiap hari jalanan hiruk pikuk dipenuhi perpindahan warga kota dengan alat transportasinya. Dalam kesibukan kaum urban di sepanjang jalan gang, jalan kecil, jalan sempit beraspal, dan bagian jalan lainnya, makhluk Tuhan lain berjalan mengedarkan pandangan mencari penghidupannya. 

Mamalia berkaki empat ini banyak kita jumpai dengan mudah di mana-mana. Kucing adalah binatang yang bisa jadi akan ditemukan di seluruh penjuru dunia. Tahukah Sahabat binatang ini sudah ada 9500 tahun yang lalu dan bahkan spesies kucing liar yang hidup bebas, tidak bersentuhan dengan manusia, sudah ada sekitar 130,000 tahun yang lalu? Para arkeologis telah mengumpulkan bukti dan menelusuri jejak nenek moyang kucing. Diperkirakan kucing sudah dipelihara sebagai hewan peliharaan di rumah-rumah di wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Siprus daerah timur Mediterania sampai Teluk Persia. 

Sejak awal kemunculannya, kucing menjadi hewan piaraan di daerah dataran yang mendapat irigasi dari Sungai Nil, Yordan, Tigris dan Eufrats, tempat pemburu pertama kali bermukim. Felis catus, mamalia berbulu berkaki empat ini bahkan pada jaman Mesir Kuno sudah menjadi biantang piaraan, disembah dan dimumikan untuk menemani pemiliknya menuju ke kehidupan selanjutnya.

Kucing kemudian berkembang biak dan melalui perdagangan, perpindahan penduduk, perang dan aneka perjalanan sejarah manusia, kucing berpindah dari nenek moyangnya di daratan Afrika Utara dan Asia Barat menuju ke segala penjuru dunia. Sampai sekarang pun kucing masih menjadi hewan peliharaan nomor satu, mengalahkan anjing. Jika kita kembali pada fakta sejarah bagaimana kucing pada masanya bahkan sempat disembah, maka hal ini tidaklah mengherankan. 

Bercampur antara satu jenis dengan jenis yang lain, kawin, dan beranak pinak dalam jumlah besar. Jumlah kucing di seluruh dunia diperkirakan mencapai sekitar lebih dari 220 juta sampai 600 juta. Ini hampir sama jumlahnya dengan tiga kali lipat penduduk Indonesia. Perkembangan populasi kucing juga jauh lebih pesat dibanding dengan anjing. Kucing betina pertama kali birahi saat berumur 7-8 bulan atau 10-11 bulan yang berlangsung selama 4-10 hari, kadang hanya 4-5 hari. Bahkan pada banyak kasus di usia empat bulan kucing betina sudah bunting. 

Berdasarkan penelitian American Society for the Prevention of Cruelty to Animals seekor kucing betina bisa menghasilkan lebih dari seratus anak kucing di masa produktifnya. Sementara induk dan anak-anaknya bisa berkembang biak menjadi 420,000 anak kucing lagi dalam waktu hanya tujuh tahun. Fakta yang mengejutkan bukan?

Akibat dari hal ini, banyak sekali ditemukan kucing baik itu dewasa maupun anakan di jalanan, termasuk di Indonesia. Kesadaran pemilik kucing yang kurang tentang sterilisasi kucing menyebabkan jumlah populasi kucing meningkat. Tragisnya mereka lebih senang memelihara induk kucing dan membuang anak kucing yang biasanya sekali kelahiran berjumlah tiga sampai lima ekor ke pasar, tempat pembuangan sampah, dan tempat tak layak lainnya. 

Pemilik kucing telah lalai bahwa yang dibuang adalah makhluk Tuhan yang bernyawa. Ikatan kuat pada induk kucing yang sudah lebih dahulu dipelihara biasanya membuat pemilik menjadi tega membuang anak kucing. Jalanan akhirnya menjadi tempat anak kucing, yang jika beruntung bisa tumbuh dewasa, untuk bertahan hidup. Sayangnya banyak yang mendapat perlakuan kasar (abusive) dari manusia tak bertanggung jawab. Terlepas dari ukurannya, kucing tetap makhluk bernyawa.

Adalah gerakan street feeding yang digagas oleh perorangan maupun kelompok. Street feeding adalah usaha untuk memberi makan kucing jalanan agar tidak hidup kelaparan dan mengalami malnutrisi. Ada banyak orang yang berempati dan kemudian terpanggil hatinya untuk menyisihkan uang dan membeli makanan kucing, yang kemudian secara khusus dibagikan sambil menyusuri jalanan kota. Makanan kucing dalam kemasan dibagikan pada satu atau beberapa kucing. Ada yang membawa wadah khusus berisi beberapa ratus gram makanan kucing sembari berangkat ke tempat kerja, ada yang sengaja meluangkan waktu sesampai di rumah dan berkendara perlahan sambil memanggil kucing datang lantas diberi makan, ada pula yang bersekutu berkelompok dan mencari tempat-tempat dengan populasi kucing terbanyak dalam lingkungan paling parah dan menyedihkan. 

Jalanan adalah tempat yang sangat berbahaya bagi kucing. Ada ratusan kendaraan bermotor, cuaca panas terik dan hujan deras, dan juga manusia yang kasar memperlakukan makhluk ciptaan-Nya. Akun Instagram seperti @gardasatwa, @pedulikucing, @pedulikucingjalanan dan ratusan akun sejenis berupaya menularkan dan mendorong masyarakat untuk lebih peduli pada lingkungan sekitar dan memberikan kesejahteraan bagi kucing liar. 

Upaya mengasihi makhluk Tuhan ini mungkin terdengar sepele atau bisa jadi dianggap perbuatan sia-sia. Toh nantinya ada banyak anak kucing dilahirkan tak terhingga jumlahnya. Tetapi perbuatan baik apa pun pasti mendapatkan balasannya. Dan jika mengebiri kucing agar tidak terlampau banyak jumlahnya belum mungkin dilakukan pada kucing liar di jalan, maka membuat mereka hidup dengan layak tidak kelaparan adalah juga sebuah upaya untuk menebar semangat cinta kasih pada seluruh isi bumi.

Walaupun tindakan utama untuk mencegah populasi kucing jalanan adalah dengan melakukan pengebirian, tetapi upaya awal untuk menyejahterakan mereka dengan memberi makan adalah upaya yang patut didukung. Seyogyanya kita semua manusia memahami bahwa bumi diciptakan oleh Tuhan lengkap dengan segala isinya. Bahwa kehidupan di muka bumi harus dilaksanakan secara seimbang dan berkasih sayang bukan hanya ditujukan pada sesama manusia tetapi juga bagi semua penghuni bumi. 

Jauh sebelum kita, manusia modern dilahirkan, kucing sudah didewakan. Pastilah ada keistimewaan padanya yang menjadikan bangsa Mesir kuno memujanya. Demikian juga halnya bagi umat muslim, Nabi Muhammad, sangat menyayangi kucing. Kepada para sahabatnya, Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyayangi keluarga sendiri. Betapa teladan sudah ditunjukkan dan kebanyakan manusia masih lalai dalam mengasihi binatang teristimewa kucing. 


#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 

Referensi:
https://www.theguardian.com/science/2007/jun/29/genetics.sciencenews
https://animals.howstuffworks.com/pets/just-how-many-house-cats-are-there-the-world.htm
http://www.imetmis.com/kucing-kawin-hamil/





Thursday, September 6, 2018

Jomlo, Kenapa Tidak? Jadilah Jomlo berkualitas dengan 4 Hal Ini

sumber gambar: https://bit.ly/2wMLt1I


Sahabat, tahukah Sahabat apa arti kata jomlo? Sahabta sudah membaca kata ini dengan benar “jomlo”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang betul adalah jomlo bukan jomblo. Artinya? Tentu saja pria atau wanita yang belum punya pasangan hidup.

Siapa yang jomlo, angkat tangan. Eits, jangan salah Sahabat, menjadi jomlo bukan hal yang memalukan dan bukan juga hal yang membuat minder. Bahagialah jadi jomlo. Kok bisa? Nah coba simak alasan-alasan Sahabat wajib bahagia walau jomlo, karena jomlo pun bisa berkualitas.

1. Berbahagialah dengan Kondisi Sahabat Sekarang

Banyak orang yang berlomba-lomba mencari pasangan (pacar) atau pasangan hidup (suami). Tak ada yang salah dengan hal ini, tapi tak ada salahnya juga Sahabat tidak menghabiskan waktu memikirkan hal yang satu ini karena yang terpenting adalah menikmati apa yang Sahabat miliki saat ini.
Banyak cara untuk menjadi bahagia walau tanpa pasangan. Caranya adalah tingkatkan kebahagiaan dengan cara banyak bersyukur. Terdengar mudah dan klise ya? Memang mudah kok, tapi nyata. Bersyukur atas apa yang dimiliki sekarang dan bersyukur atas hal-hal kecil di sekitar akan membuat Sahabat lebih menikmati hidup. Coba tuliskan setiap hari hal-hal yang patut disyukuri, saya yakin daftarnya bisa ratusan, atau mungkin tak terhingga?

Jangan lupa untuk mencari hal-hal yang membuat Sahabat bahagia, orang-orang yang membuat Sahabat senang, datangi mereka dan belajarlah lebih banyak dari mereka. Bersenang-senanglah dengan mereka dan berbahagialah dengan hal-hal baru yang Sahabat temukan.
2. Cari Tahu Diri Sahabat yang Sesungguhnya

Pernahkah Sahabat menemui seseorang yang berubah ketika ia dekat dengan pasangan barunya? Berubah menjadi orang lain bukan seperti ia yang dulu? Ternyata hal ini umum terjadi, hubungan dengan lawan jenis bisa mengubah seseorang. Jika jadi lebih baik sih oke, tapi jika lebih buruk? Nah, ada baiknya Sahabat mulai mengenali diri sendiri. Eksplorasi diri dengan mengikuti aneka kelas-kelas online dan offline, yang gratis atau yang berbayar. Cari potensi diri dan temukan kebahagiaan Sahabat yang sesungguhnya. Pada akhirnya Sahabat akan menyadari bahwa jadi jomlo pun bisa bahagia dan bermanfaat untuk diri sendiri dan lingkungan.

3. Jatuh Cintalah Pada Diri Sendiri

Ini bukan narsis, ini hal yang hakiki (meminjam istilah kekinian). Hubungan yang terpenting bukan melulu hubungan kita dengan lawan jenis, tetapi hubungan Sahabat dengan diri sendiri. Bagaimana berdamai dengan diri sendiri, mengelola konflik, mengejar cita-cita, membahagiakan diri, dan menghargai segala capaian diri betapa pun kecilnya.

Cobalah mengumpulkan lebih banyak rasa kasih sayang dan kembalikan rasa sayang itu pada lingkungan sekitar. Lihat orang-orang yang bisa bahagia hanya dengan membantu sesama. Ketika Sahabat tidak repot memikirkan pujaan hati tapi fokus pada diri sendiri, untuk selalu menumbuhkan rasa sayang, maka ini akan mewujud juga pada kasih sayang kita terhadap sesama, outer circle kita.

Rasa mencintai diri sendiri juga muncul dalam aneka kegiatan positif loh. Coba Sahabat ingat sudahkah sahabat mengonsumsi makanan yang bergizi dn berimbang? Sudahkah Sahabat berolah raga untuk menjaga tubuh agar sehat? Seberapa sering Sahabat membiarkan tubuh terpapar racun dan hal yang membahayakan akibat konsumsi makanan tak sehat, rokok, dan gaya hidup amburadul? Rawatlah tubuh Sahabat sembari merawat jiwanya, niscaya jadi jomlo pun hidup tetap berkualitas.

4. Lakukan Apa Yang Sahabat Suka
Jangan biarkan orang lain menghalangi Sahabat mencoba hal baru dan melakukan hal yang diinginkan, tentu saja dalam koridor positif ya, bukan kegiatan yang merugikan badan, jiwa, lingkungan, dan negara. Walaupun banyak orang mencibir, jangan menyerah. Toh ini adalah hidup Sahabat yang perlu diisi dengan hal-hal yang menyenangkan. Ibarat pepatah, anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Coba dan kerjakan dulu.

Saya sendiri sudah menerapkan hal ini. Saya berpikir profesi penulis itu menyenangkan. Bisa dikerjakan di mana saja, membuat diri sendiri bahagia dan bisa menularkan kebahagiaan bagi orang lain. Maka saya belajar dan diam-diam mengikuti aneka kelas menulis saat saya sedang kerja kantoran. Ketika saya bercerita saya ingin menjadi penulis di masa depan, saya mendapatkan cibiran dari rekan kerja sekaligus atasan saya. Pekerjaan sebagai penulis tak akan menjamin finansial saya, begitu ungkapnya.

Saya tak menggubris dan tetap belajar. Tentunya saya belum menghasilkan uang dari kegiatan menulis saya, namanya juga pemula. Tapi, saya mendapatkan kebahagiaan luar biasa dari kegiatan menulis. Lama kelamaan saya berpikir bukankah kebahagiaan adalah hal yang lebih penting daripada uang?

Jadi, jangan minder dan galau jika Sahabat jomlo. Jadilah jomlo yang berkualitas dengan banyak menonjolkan kualitas positif Sahabat. Kesuksesan dan cinta akan mendatangi Sahabat. Jika pun bukan cinta dari lawan jenis, maka mungkin akan ada banyak cinta dari orang-orang dan lingkungan sekitar yang menghujani Sahabat. Yuk, jadi jomlo bahagia yang berkualitas.



#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 

Wednesday, September 5, 2018

Masyarakat Indonesia Jauh dari Bahagia, Negara Apa Paling Bahagia di Dunia?

Sumber gambar: https://bit.ly/2J3tKL4

Sahabat, apakah Anda orang yang bahagia? Menurut Sahabat, apakah masyarakat Indonesia adalah orang-orang yang berbahagia? Rupanya tingkat kebahagiaan bisa diukur loh, walaupun tentu saja mengukur tingkat kebahagiaan seseorang sama sulitnya dengan mencari jarum di tumpukan jerami. Bagaimanapun hal ini tak mustahil untuk dilakukan dan bisa diukur secara ilmiah. 


Dalam penelitian ilmu sosial, tingkat kebahagiaan diartikan sebagai penilaian seseorang terhadap total kualitas hidupnya sebagai kehidupan yang positif. Singkatnya bagaimana seseorang merasakan kepuasan dan kesenangan pada hidupnya. Karena penilaiannya subjektif, maka penelitian tentang tingkat kebahagiaan dilakukan dengan bertanya pada masing-masing orang tentang hidupnya, apakah ia cukup bahagia atau tidak. 


Cara untuk mengukur kebahagiaan ini adalah lewat survei. Responden akan menjawab beberapa pertanyaan dalam kuesioner. Jawaban kemudian dijadikan data yang dihitung dan dikonversi ke dalam skala penilaian kebahagiaan. Secara internasional ada beberapa kuesioner yang lazim dipakai dengan perbedaan pendekatan dan persepsi kebahagiaan seperti  Oxford Happiness Inventory – Inventarisasi Kebahagiaan Oxford (Argyle and Hill), Subjective Happiness Scale – Skala Kebahagiaan Subjektif (Lyubomirsky & Lepper), Satisfaction with Life Scale – Kepuasan dengan Skala Kehidupan(Deiner,Emmons, Larsen and Griffin) 


Sahabat, mengukur tingkat kebahagiaan masyarakat suatu negara ternyata cukup penting karena ukuran ini bisa menunjukkan tingkat perkembangan masyrakat itu sendiri. Dengan mengetahui seberapa bahagia suatu masyarakat mulai dari persepsi kebahagiaan dari pekerjaan, perumahan, ekonomi, sampai kesehatan; maka pembuat keputusan bisa lebih baik dalam menentukan arah kebijakan negara. 


Tahukah Sahabat negara manakah yang masyarakatnya paling bahagia? Indonesia berada di urutan berapa ya? Nah berdasarkan studi oleh Gallup World Poll yang dilaporkan dalam World Happiness Report tahun 2018, 10 besar negara dengan penduduk paling bahagi dari survey di tahun 2015 – 2017 adalah: 
  1. Finlandia
  2. Norwegia,
  3. Denmark,
  4. Islandia
  5. Swiss,
  6. Belanda
  7. Kanada
  8. Selandia Baru
  9. Swedia
  10. Australia

Indonesia berada di posisi 96 jauh dari negara tetangga Singapura di posisi ke 34 dan Malaysia di posisi 35. Indonesia tepat berada di bawah Vietnam. Menariknya, Jepang yang secara ekonomi melesat di atas Malaysia berada di posisi ke 54.


Sumber: World Happiness Report 2018


Beberapa hal yang menjadi pembeda kebahagiaan masyarakat tiap negara tentunya adalah pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara.Selain pendapatan hal lain yang mempengaruhi kebahagiaan adalah jaminan sosial, tingkat harapan hidup, kebebasan, dan persepsi terhadap korupsi. Nah rupanya masyarakat Indonesia masih rendah penilaiannya terhadap tindak pidana korupsi, tak heran ini turut mempengaruhi tingkat kebahagiaan.

Uang memang hal utama yang menentukan kebahagiaan masyarakat dunia sejauh ini selain tentu saja jaminan sosial dan keamanan. Semoga tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia bisa melesat masuk ke 50 besar di tahun selanjutnya. Nah, menurut Sahabat dari skala 1-10 seberapa besarkah tingkat kebahagiaan Sahabat?


#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 


Sumber:
https://s3.amazonaws.com/happiness-report/2018/WHR_web.pdf

Arti Kebahagiaan

Sumber gambar: https://bit.ly/2Q8QCJV


Sahabat, pagi ini satu pertanyaan kecil muncul di pikiran saya. Apakah kebahagiaan itu? Saya mencoba mencari tahu arti dari kebahagiaan dan tentu saja definisinya amat banyak, tergantung dari pendapat masing-masing orang.

Kebahagiaan menurut kamus kurang lebih berarti keadaan bahagia, merasakan atau menunjukkan kepuasan dan kesenangan Nah, masalahnya kepuasan dan kesenangan masing-masing orang pasti berbeda. Takaran kebahagiaan juga hampir pasti berbeda tiap orang bukan?

Bagi saya sendiri, kebahagiaan adalah keadaan ketika saya tidak sedih, tidak kesepian, merasa bersyukur dan tenang menjalani kehidupan. Jika saya menilik kembali perjalanan hidup saya ke belakang, maka bisa saya katakan bahwa ukuran kebahagiaan saya sungguh berbeda dari tahun ke tahun. Dulu mendapat uang saku dari nenek bisa membuat senyum seminggu penuh, sekarang bisa membeli buku favorit saja sudah luar biasa gembira. Dulu, menjadi pekerja penerima gaji tetap bulanan membuat saya bahagia, sekarang tanpa pendapatan bulanan pun ternyata saya masih bahagia.

Masih tentang pekerjaan, dulu bisa bekerja dengan tenang dan santai walaupun masuk di hari Sabtu membuat saya bahagia. Justru libur panjang membuat saya tak bersemangat. Sekarang, menghabiskan waktu untuk belajar menulis, bisa membaca buku yang saya suka dan mencoba resep baru adalah hal yang jauh lebih membahagiakan daripada rutinitas kantoran tiap hari. Dulu saya merasa pekerjaan membuat saya lebih aktif dan lebih “hidup”, sekarang kadang saya menyesali betapa banyak waktu terbuang hanya untuk berkutat di kantor tanpa mencoba hal-hal baru di luar rutinitas dan berkomunitas.

Sejalan dengan kebahagiaan, kesedihan saya di masa lalu juga berbeda dengan di masa sekarang. Dulu sedih ketika tidak bisa nonton konser artis kesayangan, sekarang lebih sedih jika suami sakit dan mendadak melupakan semua hingar bingar berita artis antah-berantah itu. Dulu sepi tanpa teman terasa menyiksa, sekarang sepi tanpa suami jauh lebih tersiksa (ehem ehem…). Dulu saya menghabiskan waktu dengan sebanyak mungkin pergi ke mall, jalan-jalan keliling kota, atau berwisata ke spot turis yang menarik. Sekarang pergi ke luar rumah sudah berat rasanya, tak pergi ke mall sebulan pun tak masalah. Ternyata punya waktu seharian untuk diri sendiri di depan laptop sambil mencurahkan ide sudah luar biasa membahagiakan rasanya.

Saya setuju jika hal terkecil pun bisa menciptakan kebahagiaan, apapun itu. Karena jika bersyukur pada apapun yang didapat dan dimiliki maka kebahagiaan niscaya terwujud. Jika kebahagiaan adalah tujuan hidup maka bukankah semuanya akan mudah dicapai dengan rasa syukur yang melimpah? Setidaknya itu yang saya rasakan, makin banyak mengeluh makin jauh dari rasa bahagia. Makin jeli melihat aneka nikmat yang didapat maka kebahagiaan itu dekat sekali.

Bicara tentang kebahagiaan dalam skala global, ternayata indeks kebahagiaan masyarakat dunia juga dipelajari secara ilmiah dan dibuat rankingnya. Kebahagiaan masyarakat Indonesia pada umumnya ternyata masih jauh dari negara tetangga. Dan negara-negara kaya ternyata tak menjamin penduduknya bahagia. Nah lo….Sahabat bisa tahu lebih banyak tentang ranking kebahagiaan masyarakat dunia di sini

Ternyata kebahagiaan ini adalah hal yang fundamental dalam hidup ya? Bisa dipelajari secara ilmiah, dirasakan secara spiritual, dan dicapai dengan nyata. Bagaimana dengan Sahabat? Apa arti kebahagiaan menurut sahabat dan sudahkah merasa bahagia hari ini?


#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 

Thursday, August 23, 2018

Ketika Bromo Tak Seindah Itu

sumber: malangtoday.net



Ketika mencari destinasi wisata terbaik Jawa Timur maka dengan mudah saya googling dan ketikkan kata kunci. Bromo pasti masuk sebagai salah hasil pencarian. Lebih tiga belas tahun setelah berhasil mencapai puncaknya, saya meyakini ini adalah tempat wisata dengan kenangan paling berkesan. Bukan keindahan si maha tinggi, tapi kenangan anak dan ibu yang terpintal disana.

Apa yang paling indah dari gunung ini? Pasirnya? Waktu saya ke sana lautan pasir menghampar. Wajarnya memukau saya, tapi karena datang terlampau siang dan kembali ke hotel terlalu cepat, jadi bagi saya lautan pasir yang seharusnya wow itu jadi biasa saja.

Kawah gunung yang indah harusnya jadi salah satu pesona. Saya pikir juga begitu, tapi ketika saya naik ke puncak, ya terlihat seperti kawah saja. Saya mengharapkan sesuatu yang lebih. Mungkin saya naik ke puncak yang salah, atau saya melewatkan upacara Kasada yang termasyur itu sehingga kawah tak ubahnya ceruk besar dengan asap yang sedikit mengepul.

Sunrise? Oh saya tidak melihatnya. Matahari sudah tinggi dan saya lupa keindahan apa yang berbekas dari sang surya. Saya meninggalkan hotel hampir jam enam pagi. Matahari sudah muncul dan tentu saja the sun has risen, matahari telah terbit.

Perjalanan melewati lekuk dataran tinggi sampai ke Gunung Bromo wajibnya indah. Saya tak terlalu menikmati karena jantung berdebar takut melewatkan matahari terbit. Akhir cerita saya memang pengunjung yang datang terlambat. Jalanan yang indah jadi biasa saja tak istimewa. Oh ya, sehari sebelumnya saya dan rombongan sudah nyasar sampai terlambat dari rombongan lain tiga jam lamanya. Saya sudah puas naik turun bukit sampai mual. Mungkin karena ini perjalanan dari hotel ke Bromo jadi biasa saja, bisa jadi saya terlalu takut mual lagi.

Bicara tentang mual, kemualan itu justru salah satu yang indah. Mama membaringkan saya di pangkuan beliau dan memijat leher agar saya tak mual sore hari sebelum sampai di Bromo. Pasir yang menghampar tak seindah kekaguman mama akan kuasa Allah yang menaburkan jutaan pasir jadi satu lautan. Kawah gunung yang jadi penghabisan saya menaiki puluhan anak tangga ke puncak tak semenantang berkuda dari parkiran mobil ke undakan pertama menuju puncak. Berkuda bersama mama melewati kerikil dengan kuda yang mendengus jauh lebih menarik.

Oh ya, tentang sunrisenya? Tak sehangat kala saya menikmati sarapan di hotel sesudah perjalanan super singkat ke Bromo sambil menghirup teh panas. Dibandingkan kemolekan sang gunung yang angkuh berdiri dihujani decakan kagum pengunjung, semua masa yang saya habiskan bersama mama adalah yang paling indah.

Tiga belas tahun dan saya masih mengingat dengan baik apa yang kami lakukan berdua di sana. Bukan gunung dan segoro wedi (1) yang membekas di memori, tapi perjalanan singkat saya dan mama menuju Bromo, menghadiri kawinan sepupu yang dimantu lurah desa di kaki Bromo, dan cerita-cerita antara kami berdua di bus dan mobil sewaan dari Mojokerto, Tulungagung, dan Probolinggo.

Kenangan itu adalah liburan terakhir bersama mama. Kenangan paling indah, perjalanan wisata mama di bumi yang peghabisan. Jika saya bisa kembali ke masa itu, bukan Bromo yang saya perlukan. Cukup tidur bersebelahan sambil memijat mama sepanjang malam.


(1) lautan pasir

Wednesday, May 30, 2018

6 Hal Baik Untuknya

sumber gambar: https://www.redbubble.com/people/cakewatch/works/26165055-be-kind-to-earth


Semua pasti tahu apa itu perbuatan baik. Dari kecil sampai usia saya sekarang kebaikan dan perbuatan baik selalu didengung-dengungkan, disebarkan, diumumkan. Ketika menulis post ini saya baru sadar bahwa seumur hidup saya hal-hal baik selalu disebarluaskan, faktanya hal buruk juga selalu ada. Oke, kesimpulan saya yang pertama adalah kebaikan berlaku sepanjang hayat dan harus selalu ada karena kejahatan dan sifat buruk juga tumbuh beranak-pinak.

Jika diminta untuk menyebutkan perbuatan baik apa yang sudah dilakukan saya susah mengucapnya.
Masih ingatkah hal-hal baik yang sudah saya lakukan? Bagaimana dengan Sahabat? Perbuatan baik itu banyak. Mulai dari senyuman, sapaan, itu juga perbuatan baik. Mungkin Sahabat belum menyadari juga bahwa banyak perbuatan baik yang sudah sahabat lakukan. Tetapi, jika diminta untuk mengingat sebaliknya, keburukan dan sifat jelek lain apakah sahabat bisa mengingatnya? Susah dihitung juga? Saya tidak bisa menghitung betapa banyak hal buruk yang sudah saya lakukan, termasuk yang paling gampang misalnya adalah menggunjing teman sendiri. Belum lagi kebiasaan malas dan lain sebagainya. Jika ditimbang saya yakin hal buruk jauh lebih berat daripada hal baik. Keburukan saya jauh lebih banyak daripada kebaikan, itu kesimpulan saya yang kedua.

Hal lain yang saya pelajari selama menjadi manusia di bumi ini adalah, saya tidak hidup sendiri. Saya hidup di alam yang sudah diciptakan Tuhan lengkap dengan segala isinya. Apakah saya sudah berbuat baik pada alam ini? Oke, ini masalah besar jika jawabannya tidak. Apakah Anda sudah berbuat baik pada alam tempat Anda tinggal dan hidup menua? Kesimpulan saya yang ketiga, saya sering mengabaikan alam yang sudah banyak memberikan kebaikannya pada saya.

Tuhan yang Maha Kuasa menciptakan bumi dan segala isinya. Manusia, sebagai bagian dari ciptaan-Nya, seperti saya lahir bahagia bisa menikmati udara, air, makanan yang semuanya diambil dari sari pati bumi ini. Coba Sahabat ingat, apa yang ada di diri kita yang tidak berasal dari alam? Pakaian? Serat kainnya dari kapas, tanaman. Yang sintetis? Dari senyawa yang diciptakan oleh ilmuwan pakar perkainan yang juga manusia bumi. Tinggal, bernafas, dan makan dari alam. Makanan sahur saya semalam, roti maryam dari gandum dan digoreng dengan margarin dari kelapa sawit yang ditanam dari lahan gambut Kalimantan nun jauh di sana. Laptop yang keyboardnya saya pencet ini bisa nyala dengan listrik yang sumber energinya diubah oleh PLN. Tidak, energi tidak diciptakan karena sifatnya kekal. Energi diubah PLN menjadi listrik dengan daya jutaan watt dengan generator raksasa. Energi didapat dari turbin air, panas bumi dan lain sebagainya. Lainnya? Mobilitas saya dengan ojek daring bisa berjalan jika pengemudi ojek daring punya BBM. Didapatnya dari endapan makhluk hidup ratusan tahun yang lalu di ratusan lapisan bumi.  Nah, Sahabat bisa berpikir lebih jauh lagi tentang sumbangsih bumi pada kehidupan kita. Sudahkah kita, saya dan Sahabat semua berbuat baik kepada bumi ini? Kesimpulan saya yang keempat, saya belum sepenuhnya bersyukur dan membalas kebaikan bumi.

Ada banyak hal yang perlu kita lakukan pada bumi yang sangat baik ini. Ia tidak menuntut dan membalas kita secara langsung atas perbuatan jahat kita. Pasti, entah perlahan atau cepat bumi ini akan lelah dengan perilaku buruk kita danTuhan sudah menjanjikan balasan atas segala perbuatan buruk kita. Tanpa terkecuali pada bumi ini loh.

Karenanya saya ingin berbuat lebih banyak pada bumi ini, mengingat masih banyak perbuatan buruk yang saya lakukan dan saya masih butuh tinggal di bumi. Tidakkah Sahabat menyayangi dan membutuhkan bumi ini juga? Banyak hal yang perlu kita lakukan untuk membuat bumi bahagia. Apa saja perbuatan baik yang bisa kita lakukan pada bumi? Yuk mulai dari hal-hal mudah ini 
  1. Tidak menyiksa binatang. Bahkan menakut-nakuti kucing yang sekedar lewat. Ajarkan pada anak-anak dan keponakan juga. Ingat bahwa bumi bukan diciptakan untuk manusia saja, binatang juga punya hak hidup nyaman. Berbuat baik pada binatang artinya berbuat baik pada sesama penghuni bumi.
  2. Tidak membuang sampah sembarangan. Agama saya mengajarkan kebersihan, ayo berhenti mengotori bumi.
  3.  Menggunakan listrik seperlunya. Serakahnya saya, dan mungkin Sahabat bisa membuat bumi bekerja ekstra keras diambil sumber energinya, bagus jika dimanfaatkan dengan tepat tapi apakah energy tersebut sudha bersih dan ramah lingkungan?
  4. Membeli barang-barang di sekitar kita. Membeli barang-barang yang jauh artinya membuat mobilitas kita bertambah. BBM yang dikeluarkan makin banyak, akibatnya polusi merajalela. Sungguh bagi saya hal ini masih sulit saya redam. Tapi saya akan berusaha.
  5. Menanam banyak tanaman. Menanam apapun di lahan sesempit apapun bisa dilakukan asal ada niatan. Oksigen bertambah dan suasana makin asri. Ini salah satu bonus yang bisa kita berikan pada bumi.
  6. Memilah sampah. Saya sudah memisahkan sampah dapur dengan sampah plastik. Lebih baik lagi jika sampak plastik dipilah menjadi sampah botol plastik dan kantung plastik. Tujuannya? Memudahkan pengolahan sampah dan daur ulangnya.

Melakukan enam hal ini sudah membuat perubahan bagi bumi. Apalagi jika dilakukan bersama-sama. Merasa sendirian dalam melakukan hal-hal tersebut seperti saya sekarang ini? Buat banyak kegiatan positif termasuk menyebarkan lewat postingan yang mengajak makin mencintai dan menghargai bumi. Kesimpulan saya yang terakhir, saya dan Sahabat, pasti bisa berbuat baik pada bumi. Tinggal meluruskan niatan semata karena ingin membahagiakan bumi yang sudah tua ini. Semoga Tuhan merahmati.


#oneweekonepost
#onedayonepost


Monday, May 28, 2018

Rezeki


http://mitsloan.mit.edu/newsroom/articles/probing-the-origins-of-happiness/


Bagaimana Sahabat memaknai rezeki? Apa sih rezeki itu? Anyway, penulisan yang benar sesuai KBBI adalah rezeki bukan rizki atau rejeki. Dalam kamus rezeki adalah kata benda (nomina) yang artinya segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah. Sebagai kata kiasan rezeki artinya penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk memelihara kehidupan); keuntungan; kesempatan mendapat makan.  Nah bagi saya rezeki adalah segala sesuatu yang berasal dari Tuhan yang terlihat maupun kasat mata yang meringankan kehidupan kita yang datangnya segera maupun nanti.

Saya rasa semua yang kita miliki saat ini adalah rezeki dari Tuhan. Kesehatan itu rezeki, buktinya ada ungkapan, kesehatan itu mahal harganya. Nah jika dinilai berarti besar sekali nilainya, maka ini juga rezeki kan? Di zaman dulu ungkapan paling tren adalah banyak anak banyak rezeki, jadi anak itu rezeki kan? Walau ungkapan ini bisa jadi kurang relevan sekarang, tetapi nyatanya anak adalah rezeki kan? Buktinya? Pasangan yang belum dikaruniai anak perlu bersabar dan terus berusaha berharap buah hati segera hadir dan selalu berkata, “Belum rezeki, ngga apa-apa, terus berusaha mungkin belum rezeki.”  Nah, rezeki lagi kan?

Rezeki datangnya tidak diduga. Nah kalimat ini menunjukkan pada rezeki yang bersifat nomina, countable, berkaitan dengan uang, dalam konteks ini saya rasa begitu. Karena kedatangannya bisa Anda rasakan. Misal, ketika lapar tiba-tiba ada yang mengantarkan sekotak nasi dan lauk pauk dari tetangga yang punya hajatan. Nah, rezeki juga kan?

Rezeki nomplok! Menyambung cerita tentang saya yang lapar dan tiba-tiba ada nasi kotak diantarkan langsung ke rumah. Setelahnya ada teman datang dan membawakan buah tangan sekilo apel dan sekilo jeruk keprok, maka saya bisa berkata. “Wah..rezeki nomplok nih.” Rezeki yang melimpah. Ah sesungguhnya hal seperti ini sudah bisa membuat saya sangat bahagia. Maka rezeki adalah sesuatu yang memberikan kebahagiaan, bukankah begitu Sahabat?

Rezeki apa yang baru saja Sahabat nikmati? Share yuk?


Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...