Monday, September 3, 2018

Musik, Bahasa Perasaan Bahasa Universal

sumber gambar: https://bit.ly/2NLjEgO


Hari ini saya mendengarkan lagu Seungri (1,2,3!). Saya suka sekali mendengarkan lagu ini karena irama yang gembira dan melodinya ceria. Video musiknya juga bagus, lucu, dan ceria. Hanya mendengarkan intronya sudah membuat mata terbelalak bersemangat, bagian refrainnya apalagi, membuat bergoyang. Menulis postingan ini sambil mendengarkan lagu Seungri membuat saya bersemangat, sepertinya saya akan mengulang-ulang lagu ini beberapa kali lagi sampai nanti waktu tidur menjelang.

Gara-gara lagu ini juga saya penasaran, sebenarnya bagaimana secara umum musik bisa membuat perasaan saya berubah-ubah. Bisa membuat saya bahagia dan sebaliknya juga sedih. Ternyata music adalah bahasa. Irama dan ritmenya diterjemahkan oleh otak sama seperti otak mencerna bahasa.
Ya, musik adalah sebuah bahasa tepatnya bahasa emosi tentang perasaan. Jika Anda pernah belajar bahasa maka Anda pasti tahu bahwa bahasa mengandung struktur dan ada syntaxnya. Syntax menurut ilmu linguistik berarti salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari bagaumana sebuah kalimat terbentuk dari frasa dan bagian yang lebih kecil yaitu kata. Secara etimologis pengelompokan kata menjadi frase, dan kata menjadi kalimat ini disebut sebagai syntax.

Syntax juga ditemukan dalam musik. Bukan berupa kata, tetapi melodi, ritme, dan harmonisasi musik adalah syntaxnya. Musik instrumental tanpa lirik juga memiliki syntax, karena sesungguhnya tiap musik punya melodi, ritme, dan harmonisasi yang memicu otak kita untuk membuat persepsi seperti bahasa. Walau hanya musik instrumental tanpa lirik, tetap saja otak kita suara yang berbeda ritme dan kecepatan menstimulasi otak. Otak bekerja menangkap aneka suara di lingkungan kita dan membuat persepsi yang dipahami oleh diri kita.

Prinsip kerja otak sama dengan ketika kita mendengarkan orang berbicara, ada intonasi dan nada, penekanan dalam tiap kata dan kalimat mempengaruhi persepsi kita tentang maksud yang dimiliki pembicara. Lebih lanjut ketika mendengarkan lagu otak kita memiliki asosiasi sesuai dengan pengalaman kita. Misalnya ketika kita mendengarkan tentang lagu nina bobo yang dulu dinyanyikan ibu, perasaan kita tenang dan damai, ketika kita mendengarkan lagu dengan melody yang kurang lebih sama maka otak mengasosiasikan perasaan yang sama dengan lagu nina bobo.
Hal lain yang perlu diketahui adalah bahwa ketika mendengar musik maka sel-sel otak yang disebut neuron cermin (mirrors neurons) memicu rasa empati kita. Sel-sel otak ini berempati dengan perasaan yang muncul dari musik, memicu emosi yang sama dari tubuh kita yang dihasilkan oleh sistem lymbic, bagian dari emosi di otak.

Tak mengherankan walau mendengarkan musik dengan genre yang berbeda dari apa yang biasa kita dengar otak bisa mempersepsikannya dan membuat perasaan kita ikut terbawa. Ketika mendengarkan lagu dengan lirik bahasa asing pun kita bisa menikmatinya dan larut dalam melodinya. Musik memang bahasa universal yang bisa dipahami siapapun, karena otak bekerja bukan dari menelaah arti per kata dalam lirik tapi dari campuran ritme, melodi, dan harmonisasi lagu.


Sumber:
https://www.insidescience.org/video/why-does-music-make-us-emotional



#komunitasonedayonepost dan #ODOP_6


2 comments:

  1. Wahh sayang banget udah ga kuliah lagi! Kalau masih kuliah bisa dijadikan penelitian nih, “Hubungan jenis musik yang disukai dengan rasa empati seseorang” (meski ga tau ngukur tasa empati gimana) 😂

    Tulisannya menarik, apalagi buat pencinta musik. Kadang suka dengar lagu bahasa asing padahal ngga ngerti artinya. Mungkin sebenarnya otak punya ribuan kemampuan bahasa yang tersembunyi. 😂😂😂
    Tapi, mungkin ada beberapa penempatan tanda baca yang kurang , dan ada missing word juga. Sama sama belajar ka ☺️☺️☺️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Kak Nefilia, terima kasih sudah berkunjung di blog saya. Emejing sekali kan otak kita ini? Terima kasih masukannya ya kak, selamat belajar menulis juga <3

      Delete

Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...