![]() |
sumber gambar: https://bit.ly/2NLjEgO |
Hari ini saya mendengarkan lagu Seungri (1,2,3!). Saya suka
sekali mendengarkan lagu ini karena irama yang gembira dan melodinya ceria.
Video musiknya juga bagus, lucu, dan ceria. Hanya mendengarkan intronya sudah
membuat mata terbelalak bersemangat, bagian refrainnya apalagi, membuat
bergoyang. Menulis postingan ini sambil mendengarkan lagu Seungri membuat saya
bersemangat, sepertinya saya akan mengulang-ulang lagu ini beberapa kali lagi
sampai nanti waktu tidur menjelang.
Gara-gara lagu ini juga saya penasaran, sebenarnya bagaimana
secara umum musik bisa membuat perasaan saya berubah-ubah. Bisa membuat saya
bahagia dan sebaliknya juga sedih. Ternyata music adalah bahasa. Irama dan
ritmenya diterjemahkan oleh otak sama seperti otak mencerna bahasa.
Ya, musik adalah sebuah bahasa tepatnya bahasa emosi tentang
perasaan. Jika Anda pernah belajar bahasa maka Anda pasti tahu bahwa bahasa
mengandung struktur dan ada syntaxnya. Syntax menurut ilmu linguistik berarti
salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari bagaumana sebuah kalimat
terbentuk dari frasa dan bagian yang lebih kecil yaitu kata. Secara etimologis
pengelompokan kata menjadi frase, dan kata menjadi kalimat ini disebut sebagai
syntax.
Syntax juga ditemukan dalam musik. Bukan berupa kata, tetapi
melodi, ritme, dan harmonisasi musik adalah syntaxnya. Musik instrumental tanpa
lirik juga memiliki syntax, karena sesungguhnya tiap musik punya melodi, ritme,
dan harmonisasi yang memicu otak kita untuk membuat persepsi seperti bahasa. Walau
hanya musik instrumental tanpa lirik, tetap saja otak kita suara yang berbeda
ritme dan kecepatan menstimulasi otak. Otak bekerja menangkap aneka suara di
lingkungan kita dan membuat persepsi yang dipahami oleh diri kita.
Prinsip kerja otak sama dengan ketika kita mendengarkan
orang berbicara, ada intonasi dan nada, penekanan dalam tiap kata dan kalimat
mempengaruhi persepsi kita tentang maksud yang dimiliki pembicara. Lebih lanjut
ketika mendengarkan lagu otak kita memiliki asosiasi sesuai dengan pengalaman
kita. Misalnya ketika kita mendengarkan tentang lagu nina bobo yang dulu
dinyanyikan ibu, perasaan kita tenang dan damai, ketika kita mendengarkan lagu
dengan melody yang kurang lebih sama maka otak mengasosiasikan perasaan yang
sama dengan lagu nina bobo.
Hal lain yang perlu diketahui adalah bahwa ketika mendengar
musik maka sel-sel otak yang disebut neuron cermin (mirrors neurons) memicu
rasa empati kita. Sel-sel otak ini berempati dengan perasaan yang muncul dari
musik, memicu emosi yang sama dari tubuh kita yang dihasilkan oleh sistem
lymbic, bagian dari emosi di otak.
Tak mengherankan walau mendengarkan musik dengan genre yang
berbeda dari apa yang biasa kita dengar otak bisa mempersepsikannya dan membuat
perasaan kita ikut terbawa. Ketika mendengarkan lagu dengan lirik bahasa asing
pun kita bisa menikmatinya dan larut dalam melodinya. Musik memang bahasa
universal yang bisa dipahami siapapun, karena otak bekerja bukan dari menelaah
arti per kata dalam lirik tapi dari campuran ritme, melodi, dan harmonisasi
lagu.
Sumber:
https://www.insidescience.org/video/why-does-music-make-us-emotional
https://www.insidescience.org/video/why-does-music-make-us-emotional
#komunitasonedayonepost dan #ODOP_6
Wahh sayang banget udah ga kuliah lagi! Kalau masih kuliah bisa dijadikan penelitian nih, “Hubungan jenis musik yang disukai dengan rasa empati seseorang” (meski ga tau ngukur tasa empati gimana) 😂
ReplyDeleteTulisannya menarik, apalagi buat pencinta musik. Kadang suka dengar lagu bahasa asing padahal ngga ngerti artinya. Mungkin sebenarnya otak punya ribuan kemampuan bahasa yang tersembunyi. 😂😂😂
Tapi, mungkin ada beberapa penempatan tanda baca yang kurang , dan ada missing word juga. Sama sama belajar ka ☺️☺️☺️
Hi Kak Nefilia, terima kasih sudah berkunjung di blog saya. Emejing sekali kan otak kita ini? Terima kasih masukannya ya kak, selamat belajar menulis juga <3
Delete