![]() |
Photo by Noelle Otto from Pexels |
Aku dengar suara sayup-sayup orang bercakap di sekitarku.
Jauh atau dekat aku bertanya pada diriku. Kucoba membuka mata tapi berat.
Kucoba sekali lagi menangkap apa yang dibicarakan orang-orang itu. Kadang
terdengar jauh, tapi kurasa suaranya dekat. Ada suara laki-laki dan perempuan,
atau ada juga suara anak kecil yang menangis? Kurang jelas kudengar, mungkin
harus kugeser sedikit tubuhku. Ugh…beratnya, apa aku sudah bergeser? Aku tidak
yakin, kucoba lagi, mungkin sudah beringsut sedikit saja jikalau belum
bergeser.
Buka mata! Aku memerintahkan kelopak mataku membuka, berat
dan gelap. Kemudian tergambar adegan laki-laki yang wujudnya aneh. Ada aku juga
di adegan itu, ada cahaya, ada kilat, langitnya lembayung, oh apa ini? Ada yang
memelukku sambil menangis tapi tak nampak olehku parasnya. Apa ia wanita?
Siapa? Laki-laki tadi siapa? Gelap…adegan itu menghilang, mataku belum terbuka.
Jari, ya jariku ayo bergerak dan bantu buka kelopak mata.
Tidak terasa apa-apa.
Dingin, hawa es menerpa tubuhku, tidak aku tidak mau.
Dingin!
Mengapa tidak ada barang satu saja tubuhku yang bisa
kukontrol? Aku di mana? Apakah bukan dalam tubuhku jiwaku terikat? Mengapa
dingin di sini? Suaraku nihil. Di mana kuasaku atas tubuhku ini?
Ah…mengapa ada yang berdenging sekarang di telingaku?
Gemerisik aneh bercampur dengungan absurd. Suara apa ini? Tunggu, aku bisa
sedikit mendengar suara dalam gangguan dengung dan gemerisik itu. Aku harus
mencoba mendengarnya, apa yang terjadi?
“Iya bu, sudah satu minggu begini. Dua hari belakangan
sedikit ada respon. Jika ada suara matanya sedikit berkedut. Mungkin Tyas
dengar kita bicara. Mau menanggapi tapi tidak bisa.” Sekarang mulai terdengar
makin jelas suara itu. Suara perempuan tua, bicara apa dia tentang aku?
“Kata dokter gimana bu?” ada suara parau wanita tua lagi.
Aku jelas mendengarnya. Siapa dia? Mengapa menyebut dokter?
“Fifty-fifty bu.
Tinggal tunggu mukjizat Allah. Kasus koma begini semuanya tinggal pasrah saja
dan berdoa.” Perempuan tua itu melanjutkan.
Siapa yang koma? Aku? Hei, aku dengar kalian, aku tidak
koma. Aku tahu apa yang kalian bicarakan.
“Sabar ya bu, ikhlaskan saja, mohon yang terbaik dari Gusti
Allah bu,” wanita bersuara parau berkata lagi.
Mengapa tak ada seorang pun yang mendengar suaraku? Aku
dengar kalian. Dengarkan aku.
#komunitasonedayonepost
No comments:
Post a Comment