Sunday, October 7, 2018

Petualangan Malam Jumat

Photo by Simon Robben from Pexels



Hanya mereka yang beruntung saja yang bisa mendapatkan keajaiban di malam Jumat. Kau bisa saja menganggap ceritaku ini bohong belaka, kawan. Tapi kau sepenuhnya akan berubah pikiran setelah membaca kisahku di malam Jumat kala itu.

Oh ya, pesanku sebelum kau baca seluruh kisahku cuma satu, dalam hidup kau harus selalu berusaha. Sekali berhenti, usaha dan harapan akan menguap habis. Jadi, untukmu yang senasib dneganku dulu, kau harus banyak-banyak berusaha.

Baiklah, kumulai kisahku ya.  Sudah lebih puluhan kali aku melihat wanita muda dengan guguran rambut halus dari bajunya menghampiriku. Aku tidak mengenalnya, yang jelas wanita itu ada. Dia selalu datang setengah jam sampai satu jam setelah bulan mungkin muncul. Ia akan meraup dari kantong plastik segenggam biskuit enak yang dibalur dengan cacahan ikan berlemak dengan jeli bening yang sama amisnya dengan si ikan. Jika kau hanya makan dari sampah, maka sulit sekali bagiku untuk menjelaskan seperti apa rasa biskuit berlapis jeli itu.

Bau wanita itu juga aneh. Tak seperti bau wanita berbaju lebar dengan warna-warni memusingkan yang berjalan terburu-buru dan membawa anak kecil yang suka menghentak-hentakkan kaki ketika menemuiku di jalan yang mereka susur. Bau wanita itu kombinasi bauku, bau roti, kue, biskuit, dan juga bau keringat. Wanita yang umumnya kubau hanya punya wangi tanpa gurih dan keringat apek. Jika suatu hari kamu bertemu wanita berbau aneh yang kuceritakan, jangan lari. Berusahalah mendekat, mungkin nasibmu akan baik sepertiku. Nah, ini yang kubilang tadi, berusahalah. Baru juga kuawali cerita sudah kunasihati kau berkali-kali tentang kuat semangat dalam berusaha.

Usahaku lainnya setelah mengenal wanita itu adalah dengan giat berlari. Aku sengaja berlari sekencang-kencangnya ketika melihatnya dari jauh, lebih tepatnya aku mengintai dengan teliti sebelum ia datang ke arahku. Jadi aku bisa mempersiapkan pose terbaikku untuk menyambutnya. AKu juga bisa menghitung kecepatan lariku. Harus pas dan tak mengejutkannya.

Aku ketagihan biskuit balur jeli ikan itu, maaf aku harus mengatakan yang sejujurnya. Ketagihan ini berbahaya, aku tahu, tapi apa boleh dikata, naluriku seirama dengan perut keronconganku yang kopong. Aku harus mencari cara untuk memuaskan kebutuhanku akan biskuit jeli ikan itu. Aku memilih malam jumat untuk bergerak,  mengapa saat itu? Karena di malam Jumat hari lebih sepi dan makin sedikit orang berlalu lalang. Tanyakan pada manusia jika kau sempat, mengapa mereka malas keluar di malam Jumat.

Jadi di malam Jumat itu, aku yang sudah mempersiapkan mental dan tekad melahap sedikit saja biskuit pemberian si wanita. Walau aku ingin makan banyak, aku menahannya. Ia selalu meninggalkan hamparan biskuit yang telah diletakkannya di jalan dan menjauh membiarkanku makan. Tapi saat itu, kumakan seidkit saja dan kuikuti ia berjalan. Ia berusaha menyorongkan badanku kembali ke teritoriku, tapi aku tetap mengikutinya. Kubuat suara manja paling manis dari yang pernah diajarkan ibuku, dan aku terus mengekornya.

Selama aku mengikutinya, sesering itu juga ia mengusirku. Aku tahu ia melakukannya tak sungguh-sungguh. Ia takkan tega menyuruhku kembali lebih 1000 langkah ke teritoriku. Kuikuti saja dirinya dan walau sempat diiming-imingi aneka remahan biskuit, aku tetap tegas mengikutinya.

Entah berapa jauh aku sudah dari tempat asalku, tapi akhirnya wanita ini berhenti di depan pagar rendah bersambung pagar kayu dan kawat. Aku melihat ke arahnya, menatap kuat-kuat dan berusaha menarik perhatiannya. Ia tak menggubrisku, buru-buru ditutup saja pagar itu. Aku ada di luar dan mulai kulancarkan usaha untuk mendapatkan perhatian lagi darinya. Aku berjalan mondar-mandir di depan pagar rumahnya dan membuat suara manis lagi. Suara manis yang memilukan. Nanti kuajarkan padamu suatu hari bagaimana melakukannya.

Usaha ini tentu saja berhasil. Tak lama wanita itu membuka pagarnya, memanggilku dan mengelusku lembut. Aku berhasil masuk dalam daerah kekuasaan si wanita. Aneka bau-bauan dari sejenisku dan wangi gurih biskuit ditambah keringat si wanita melenakanku. Aku telah membawa diriku masuk ke gudang makanan. Usahaku tak sia-sia.


#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 

No comments:

Post a Comment

Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...