Hujan rintik-rintik mengiringi
kedatangan si Nomor Enam Belas di rumah padat penghuni, nomor dua dari pojok
gang. Taro, salah satu penghuni tertua menunggu dengan masam di sisi pagar. Ia
tidak suka penghuni baru, salah, lebih tepatnya ia tidak suka semua penghuni di
dalam rumah. Baginya, kekuasaan mutlak ada padanya. Ia yang mengawasi rumah
dari tetamu yang dinanti dan yang tak dinanti. Ketika si Enam Belas masuk ke
teras rumah, Taro pergi menjauh acuh saja. Ia tak suka si Nomor Enam Belas.
Si Nomor Enam Belas tidak
menyukai rumah itu, tempat tinggal barunya. Semua yang asing baginya sangat
mengusik kedamaian. Dulu ia tinggal di jalanan, diperlakukan kasar, sering
mencuri makanan, dan berlari ketakutan, ada atau tiada orang yang mengejarnya.
Hidup di jalanan sangat susah. Air bersih dan tempat tinggal layak sulit didapat.
Makanan pun kadang ada dan tak ada. Ketakutan selalu menyergapnya. Bahkan
panggilan nona muda yang menyapanya penuh kasih juga sebuah ancaman besar.
Kini, ia sudah berada di tempat baru.
Semua terasa begitu cepat tadi
sore. Di hari Minggu sore yang masih hangat karena sang surya enggan beranjak
berganti posisi dengan rembulan, nona manis yang menyapanya tempo hari datang
dengan banyak makanan. Dipanggilnya si Nomor Enam Belas dengan lembut dan
dirayu-rayu agar mendekat dan menyantap sardin berlemak dengan kuah yang baunya
bisa membangunkan penggeemar ikan dari seluruh penjuru. Si Nomor Enam Belas
sudah tahu ada sesuatu yang janggal. Makanan yang ditawarkan nona manis itu
terlalu mewah untuk dirinya yang kumal tak terurus. Rasa lapar memang kejam,
mengalahkan harga dirinya. Apalah daya, setelah berpikir kurang dari tujuh
detik ia mendekati sardine nikmat itu dan melahap sampai habis.
Sardin punya kekuatan magis yang
membuat semua yang sedikit memakannya jadi ingin lebih. Ada daya pikat yang
menimbulkan ketagihan tak terhingga. Nona manis mengetahui hal ini dan
menambahkan lebih banyak sardin di dalam perangkap yang dibawanya. Si Nomor
Enam Belas bagai kerbau tercocok hidung segera mengikuti sardin yang memanggil
dari dalam perangkap. Tanpa ragu dilahap hampir habis sardine yang tersedia. Tepat sebelum habis nona manis menutup
perangkap dan tersenyum gembira. Si Nomor Enam Belas telat meronta, telat
meraung. Sungguh terlambat adalah persamaan kata dari nasib buruk baginya.
Begitulah bagaimana si Nomor Enam
Belas sampai di rumah yang ternyata dimiliki nona manis. Ia menghindari tatapan
mata penghuni rumah lain. Taro terutama yang paling sinis menyambut. Ia sudah pasrah akan nasib hidupnya. Jika
memang Tuhan berkehendak menutup cerita suka dukanya di dunia, tak mengapa, ia
sudah bersiap.
Dalam ketakutan ia diberi makanan
lebih banyak lagi. Kali ini aneka biskuit gurih yang dulu pernah dimakannya.
Dulu ketika ia belum dibuang di jalanan atas kealahan yang tak pernah
diketahui, rahasia sampai sekarang. Rasa lapar ada, tapi rakus telah
menjelma jadi kecemasan. Jangan-jangan setelah dikenyangkan ia akan disiksa,
begitu pikir si Nomor Enam Belas. Mungkin nona manis hanya pura-pura baik,
siapa tahu maksud sebenarnya gadis itu?
Di kamar berdinding hijau kusam
dengan kaca lebar berbingkai kayu tua dicat putih, si Nomor Enam Belas
meringkuk. Ini kamar terbersih dan terhangat yang pernah dimilikinya. Ada makanan,
minuman, dan alas empuk untuk tidur. Tapi semuanya asing. Keterasingan ini
ditambah dengan tatapan berpasang-pasang mata yang ingin tahu siapa dirinya
dari balik jendela. Ia ingin memejamkan mata tapi sulit. Di dekat mangkuk
makanan ia melihat kalung kulit bergasper karet dengan bandul keemasan
bertuliskan sebuah nama, Almond.
Malam itu, di sebelah kamar si
Nomor Enam Belas, nona manis mengunggah citra si Nomor Enam Belas dalam memori
yang sudah penuh oleh aneka perkara hidup. Sambil memeluk Taro yang datang dan
berbaring di dekatnya, nona manis berbisik, “Si Nomor Enam Belas itu bernama
Almond mulai saat ini, baik-baiklah kau padanya.” kemudian ia mengecup Taro dan
pergi tidur.
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
bagi satu dong :D ahahhaa
ReplyDeleteTidaaaaaaak
DeleteAlmond😍😍😍 dramatis tiba e rescue nya wk wk
ReplyDeleteLumayan Korea to? hahahha
Delete