![]() |
Photo by Burak K from Pexels |
Aku
mengerling pada temanku di sisi lain ruangan, aku menguatkannya, mencoba
menabahkan hatinya. Ia akan melalui hari-hari yang panjang. Ia harus menemani
ibu muda yang baru saja kehilangan bayi pertamanya. Perlukah kukatakan, calon
bayinya? Hilang nyawa dalam rahim ibu, yang katanya bagian paling kuat dari
manusia, tapi tetap saja jabang bayi itu meregang nyawa. Bukan nasib baik untuknya.
Sendu dan
kelabu wajah kawanku, dalam hidupnya yang sudah payah ia kembali redup, ibu
bayi diselimuti kesedihan sambil mengejan mengeluarkan si kecil tak bernyawa
itu dari tubuhnya. Bisa kurasakan pahit derita kawanku.
Di
sebelahnya, kawanku yang lain berbinar benderang menunggui kasur yang tak
berpenghuni. Tidak, ia tidak bahagia. Hatinya pun gundah, penuh kebosanan. Hanya
saja ia berusaha tetap cemerlang seperti biasanya. Rumor banyak beredar,
siapapun yang di bawah penjagaan kawanku akan bernasib buruk. Kejamnya manusia
dan mulut lancangnya.
Aku? Aku
selalu mencoba berbahagia. Aku menyaksikan kelahiran demi kelahiran di bawah
pengawasanku. Belum ada nyawa menghilang di sini seminggu terakhir. Tawa dan
tangis kebahagiaan deras berderai. Ah, manusia, tangis dan tawanya sungguh tak
kumengerti.
Tak pernah
aku tertidur dalam tugasku. Selalu aku dibuat terjaga, menyala
Curhat sang guardian angel..
ReplyDeleteTahu kan siapa penjaganya?
DeleteMantapp mbak😁
ReplyDeleteMakasih banyak mb Isni
DeleteOk. Keren.
ReplyDelete