Sunday, November 18, 2018

Sang Penjaga

Photo by Burak K from Pexels



Aku mengerling pada temanku di sisi lain ruangan, aku menguatkannya, mencoba menabahkan hatinya. Ia akan melalui hari-hari yang panjang. Ia harus menemani ibu muda yang baru saja kehilangan bayi pertamanya. Perlukah kukatakan, calon bayinya? Hilang nyawa dalam rahim ibu, yang katanya bagian paling kuat dari manusia, tapi tetap saja jabang bayi itu meregang nyawa.  Bukan nasib baik untuknya.

Sendu dan kelabu wajah kawanku, dalam hidupnya yang sudah payah ia kembali redup, ibu bayi diselimuti kesedihan sambil mengejan mengeluarkan si kecil tak bernyawa itu dari tubuhnya. Bisa kurasakan pahit derita kawanku.

Di sebelahnya, kawanku yang lain berbinar benderang menunggui kasur yang tak berpenghuni. Tidak, ia tidak bahagia. Hatinya pun gundah, penuh kebosanan. Hanya saja ia berusaha tetap cemerlang seperti biasanya. Rumor banyak beredar, siapapun yang di bawah penjagaan kawanku akan bernasib buruk. Kejamnya manusia dan mulut lancangnya.

Aku? Aku selalu mencoba berbahagia. Aku menyaksikan kelahiran demi kelahiran di bawah pengawasanku. Belum ada nyawa menghilang di sini seminggu terakhir. Tawa dan tangis kebahagiaan deras berderai. Ah, manusia, tangis dan tawanya sungguh tak kumengerti.
Tak pernah aku tertidur dalam tugasku. Selalu aku dibuat terjaga, menyala

5 comments:

Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...