![]() |
https://bit.ly/2Lo9dyV |
Sahabat,
berapa akun media sosial yang Sahabat punya? Saya punya Instagram saja di gawai
saya. Facebook sudah uninstall. Oh
satu lagi, saya punya Twitter yang saya pakai untuk mendaftar link atau ikut serta dalam beberapa kompetisi menulis. Tapi
selebihnya hanya punya Instagram menurut saya sudah cukup.
Ah
berbicara tentang media sosial itu tak ada habisnya. Banyak episode, banyak
drama, banyak problematika, dan banyak manfaat dan juga keburukannya. Episode
yang saya maksud adalah seperti halnya telenovela yang trendi di akhir tahun
90-an dan digantikan oleh drama India, kemudian sinetron Indonesia, diputar
bertahun-tahun, dan itulah media sosial buat saya. Ada masa ketika Friendster
merajalela. Bahasan kuliah tentang akun si ini dan si itu. Tak punya akun ini
berarti out of date, kuno, katrok.
Maka akun pun saya buat dengan pemanis ini dan itu, tujuannya mendapat banyak
teman tapi juga akhirnya banyak hal-hal palsu yang saya buat agar jati diri tak
nampak jelas.
Dari Friendster
perlahan netter pindah Facebook. Boyongan ini juga jadi episode baru karena
kemudian banyak sekali perkembangan Facebook sampai akhirnya saya tinggalkan
karena menurut saya tidak lagi asyik, tidak lagi informatif, dan terkesan tua.
Sekarang, saya setia pada Instagram. Mungkin karena saya orangnya visual dan
malas membaca cerita dengan ribuan kata, maka cukup dibatasi sedikit saja di captionnya, tapi gambar menceritakan
seribu makna di dalamnya.
Drama dan
problematika yang saya maksud dari media sosial adalah tentang riuhnya
pemberitaan tentang politik, selebritis, makan banyak, makanan enak, sampai
obrolan dan guyonan seru ojek online. Caci maki, hujat, dan saling tuduh
mewarnai drama postingan media sosial. Problem baru, hal yang harusnya informative
malah jadi bahan celaan, bahan gunjingan, bahan saling menjatuhkan. Oh kekuatan
jari ini sungguh luar biasa.
Inilah
keburukan media sosial yang dikontrol oleh mereka yang tidak melek literasi
digital. Saya pun jengah dengan hal ini. Karenanya blogging sebagai salah satu
media untuk menyuarakan pikiran saya akan saya isi dengan hal-hal yang, semoga,
bermanfaat. Lelah kan diri ini ketika jari mulai menggulir di gawai dan yang
muncul di linimasa adalah tentang cercaan si A dan si B. Atau pendapat akun
tertentu yang dikomentari amat sangat kasar oleh pengikut akun tersebut atau
yang sekedar mampir. Betapa memang dosa ini mudah didapat, tanpa perlu bertemu
muka tinggal hujat saja. Ih ngeri.
Yuk
bermedia sosial yang sehat Sahabat.
#BloggerPerempuan
#BPN30DaysChallenge
No comments:
Post a Comment