https://bit.ly/2lPjAkF |
Sore ini seperti biasa selepas Ashar wanita berdaster itu
berjalan menyusuri gang. Usianya sekitar 56 tahunan. Kadang ia memakai jilbab,
kadang rambutnya dikonde cepol kecil. Ia selalu memakai gaun rumah yang dibuat
longgar. Setiap hari selalu salin pakaian, berbedak dan berjalan tergesa
langkah teratur.
Hari ini dijinjingnya kursi kecil dari plastik. Tujuannya
satu, ke ujung gang, Ia akan menunggu temannya datang. Temannya selalu datang
dan mereka akan bercengkerama, bicara ngalor-ngidul tentang topik apa saja yang
menarik hati mereka berdua. Mereka selalu bertemu di pos kamling RT lima. Posnya tepat di sisi jalan raya di sebelah
mulut gang. Pos selalu terkunci dengan beberapa kursi plastik tempat orang
duduk meronda di malam hari, jadi wanita
tua berdaster membawa kursi kecilnya sendiri.
Ia sampai di pos kamling. Sedikit membungkuk ia mencari
tempat yang pas untuk kursinya. Diperiksanya kerikil pinggir jalan, dicungkil
satu yang menurutnya tidak pada tempatnya dan diletakkan kursinya. Pas! Giliran
pantat diparkir di atas kursi. Nyaman sudah, tinggal temannya yang belum
datang.
Tak lama berselang ia mulai tertawa. Bahagia hatinya
temannya sudah datang tidak terlambat. Wanita tua berdaster mulai bercerita
tentang kegiatan belanjanya kemarin. Ia memasang wajah kesal, harga-harga naik
dan ia bertemu musuh masa kecilnya. Bicaranya mulai berapi-api, ia mengingat
semua kebencian pada teman masa kecilnya itu. Sedikit sumpah serapah terlontar
juga dari mulutnya sambil bercerita. Kesal hati dan dendamnya membuatnya tak
henti bercerita tentang belanjaan dan musuhnya.
Ia terus mengajak teman ngobrolnya bicara tentang banyak
hal. Kadang ia tertawa karena memang lucu ceritanya, kadang nadanya datar, dan
kadang penuh amarh, seperti cerita belanja kemarin hari yang tak sengaja
bertemu musuh. Ia tak henti bercerita, sesekali melihat sekilas ke arah
segelintir orang yang melewatinya cepat-cepat. Ia tak peduli dan terus
bercerita.
Hari makin senja dan menjelang waktu Maghrib ia berpamitan
dengan temannya. Sedikit tertawa terkekeh ia berpamitan dan beranjak pergi. Tak
lupa ia ambil kursi plasti kecilnya dan berjalan masuk gang kembali ke
rumahnya. Esok di jam yang sama ia akan kembali ke pos kamling, temannya pasti
menunggu. Ia berjalan melewati ibu-ibu yang baru pulang dari pengajian di
masjid kampung di gang itu. Ia tidak menyapa dan terus berjalan ke rumah. Para ibu tadi melihat wanita tua berdaster dan
mulai membahas hal yang sama, mengasihani wanita tua berdaster yang berkawan
dengan khayalannya, berbicara dengan angin setiap hari di jam yang sama tanpa
terlewat satu hari pun. Kadanga bicara dan kadang memaki tanpa ada teman
bicara. Ibu pengomentar mengingatkan kelompoknya agar selalu rileks, tidak
stres, agar tidak gila. Ia menutup komentarnya sambil tertawa terkekeh dalam
nasihat yang dibungkus dengan nada melucu.
#ODOPBatch6
Ya Allah, gambarnya itu lho Mbak. Unique
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteYa Allah, gambarnya itu lho Mbak. Unique
ReplyDeleteabsurd hahahaha
Delete