Sunday, December 2, 2018

Penantian


https://bit.ly/2zBn40M


Perlahan jariku menggerakkan kelambu tebal berwarna hijau muda yang membatasi tempatku berbaring dengan pasien lain. Kupegang lengan kananku dan kupencet perlahan bagian bawah lipatan dalam tanganku, tegang dan keras. Jarum infus masih menempel di dekatnya. Aku menengadah ke atas dan silau lampu ruangan membuatku mengerjap, kuingat-ingat berapa lama aku sudah ada di sini. Kuhitung sudah lima hari sudah lamanya.

Aku gerakkan perlahan lengan kananku yang berinfus, kugeser bantal yang menopangnya agar lenganku bisa jatuh ke kasur, sejajar dengan lengan kiriku. Sedikit pegal rasanya. Kugerakkan ujung jari tangan kananku dan kuraba selimut lembut yang wangi cairan desinfektan. Cukup lembut selimut ini untuk ukuran rumah sakit umum daerah pinggiran.

Kurasakan sakit yang aneh di bagian perut bawahku. Aku penasaran apa sayatan itu berbekas. Bagaimana para dokter itu mencabikku di meja operasi, apa mereka sudah memperlakukanku sebaik-baiknya dengan membuat guratan pasca operasi yang layak. Atau mungkin nanti berbekas lebar? Kubuang pikiran jelek itu dan aku kembali terpekur dalam penantianku.

Ada hal yang lebih penting lagi. Sudah lewat 12 jam, ah salah sudah sehari semalam dan dua jam lagi, tepat dua jam lagi akan masuk hari kedua pasca operasiku dia tak kunjung datang. Aku tidak bisa membuatnya berjanji dan aku tahu dia juga tak bisa menjanjikan apa-apa padaku. Tuhan tolong segera kirim dia, kini aku ketakutan sendiri di ruangan tempat aku berbaring. Dulu aku acuh menganggap kehadirannya. Sering malu aku dibuatnya jika orang lain tahu tentang keberadaannya. Sekarang aku teramat sangat membutuhkannya. Tuhan yang Maha Pengampun, ampunilah dosaku dan tolonglah umatmu ini, aku memejamkan mata sembari berdoa.

“Ma, gimana?” suamiku datang kembali dari kamar obat dan mengambil kursi duduk di sampingku.

“Belum Pa.”jawabku.

“Belum kentut Ma?” suamiku menatap wajahku yang memelas.

“Belum, gimana nih pa?”aku merengek setengah khawatir.

“Coba kutanya perawat jaga ya. Tunggu ya Ma?”suamiku bergegas keluar ruangan.

Duh kentut mengapa kamu belum juga datang? Kamu maha penting melebihi segala urusan duniawiku pasca operasi. Datangnya dirimu pertanda usus dan organ tubuh dalam lainnya di pencernaan sudah bangun dan sudah bisa bekerja mengolah makanan. Kentutku, segeralah datang.


#ODOPBatch6
   

No comments:

Post a Comment

Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...