sumber gambar: https://bit.ly/2IwP6S7 |
Semua pasti sudah tahu apa itu rezeki, atau ada yang belum
tahu? Saya pernah nonton video singkat motivator kondang Merry Riana yang
menegaskan bahwa rezeki tidak sama dengan gaji atau uang yang kita dapatkan.
Rezeki bukan semata materi tapi rezeki adalah segala kenikmatan yang kita
dapatkan yang bisa berwujud macam-macam.
Kesehatan misalnya, itu rezeki. Bayangkan jika Sahabat
sakit, maka Sahabat terpaksa mengeluarkan uang bukan? Berkurang uang dan
berkurang kenikmatan hidup. Maka kesehatan adalah sebuah rezeki. Begitu juga
dengan anak, pasti semua pernah mendengar ungkapan anak adalah rezeki, tapi toh
sesering apapun kalimatg itu digaungkan banyak pula jumlah mereka yang
menyia-nyiakan anak dan menganggapnya sebagai beban. Kekerasan pada anak
apalagi dilakukan oleh orang tua sendiri, bukankah berarti sudah mengabaikan
rezeki?
Kali ini saya tak membahas panjang lebar tentang seluk beluk
rezeki, cara mendapatkan rezeki dan lain sebagainya tentang menambah rezeki. Saya
hanya ingin bercerita tentang rezeki dalam kaca mata saya. Sebagai orang dengan
kepribadian INFP yang salah satu cirinya adalah idealis, maka saya pun
berpedoman pada idealisme saya sendiri. Saya percaya bahwa berpikir positif
akan menghasilkan hal yang positif dan banyak bersyukur akan mendatangkan
rezeki. Sebaliknya, membayangkan hal buruk akan menghasilkan hal buruk dan
menggerutu tak akan membawa kebahagiaan. Saya tak butuh penjelasan logis untuk
hal ini, saya percaya dan itu memang terjadi. Maaf ya, ini memang ciri INFP J
Kembali ke masalah rezeki, bagi saya apapun itu jika membuat
hidup saya lebih mudah dan senang ya itu rezeki. Baru saja tetangga mengetuk
pintu dan sekotak nasi kuning saya dapatkan, rezeki buat saya. Mandi dengan air
mengalir kencang, ah ini juga rezeki karena di rumah kontrakan terdahulu air
mengalir tak sekencang sekarang dan kualitas airnya pun buruk. Seminggu
ditinggal suami yang sakit tentu bukan hal yang mengenakkan, tapi Alhamdulillah
ada rezeki untuk tetap belanja apa yang saya inginkan walaupun suami tak sempat
meninggalkan uang belanja dan saya maklum karena keadaannya yang sakit. Dalam
kesunyian rumah yang diisi saya dan bapak saya yang stroke pun masih ada rezeki
dapat hiburan tendangan dari janin yang saya kandung. Si jabang bayi adalah
rezeki yang luar biasa, saya dapatkan cepat tanpa menunggu lama. Nah jika mengingat
hal-hal seperti ini apa masih boleh saya mengeluh tentang ini dan itu? Jumlah rezeki
yang saya dapatkan jauh lebih besar daripada kesulitan hidup saya.
Adabanyak hal yang bisa saya tuliskan dan mungkin tak cukup
waktu sehari untuk menuliskannya tetapi saya ingin menyampaikan bahwa bisa
menuliskan postingan ini pun sebuah rezeki. Tanpa kemampuan menulis, tanpa
punya laptop, tanpa punya ponsel, tanpa ada listrik, tanpa ada indera
penglihatan, tanpa ada akal, tanpa ada nyawa mana mungkin saya bisa
menuliskannya? Maka saya sangat bersyukur pada Allah yang sudah memberikan
limpahan rezekinya. Sekali lagi, rezeki bukan melulu uang, sering kali ia tak
bisa dinominalkan. Tak ternilai.
No comments:
Post a Comment