Setiap melihat mangkuk kuning itu
aku bahagia. Sudah puluhan kali aku terkecoh tapi aku tetap senang. Ya, aku
terkecoh ketika mangkuk itu diletakkan dekat wajahku. Kupikir isinya biskuit,
seringkali kosong. Entah keisengan macam apa yang dilakukan ratu padaku.
Kadang mangkuk kuning itu kupikir
berisi biskuit, ternyata ikan asap. Kadang kupikir kosong, ternyata ada ikan
goreng panas mengepul di sana. Pernah juga kupikir isinya pudding ikan,
ternyata hanya air sisa minum yang tumpah dan menggumul bersama sisa lemak ikan
sebelumnya.
Mangkuk itu berceruk dua. Cukup
dalam dan lebar sehingga bisa menampung banyak makanan. Dulu ratu, kusebut ia
ratu karena ia tampaknya berkuasa atas segala isi duni tempatku tinggal, hanya
menawariku makanan yang diletakkan asal saja di lantai. Pernah juga dialasi
kertas atau daun. Lama-lama ia merasa itu kurang sopan dan diberinya aku
mangkuk kuning berceruk dua. Entah untuk apa ceruk satunya, tapi aku selalu
makan dari kedua ceruk itu dan ratu tak keberatan.
Oh ya, tentang namaku, Chip, ini
murni pemberian ratu. Suatu hari ia membaca buku tebal dari pengarang
favoritnya. Aku yakin buku itu bukan buku humor, karena ratu terkadang menyeka
air mata sambil membaca walaupun lebih banyak ia tertawa terpingkal-pingkal.
Mana ada buku humor yang sekaligus membuat pembacanya menangis? Ia melihatku
ketika berhenti membaca di halaman 200 sekian dan kemudian menunjukku. Ia
berkata,”Chip! Kamu Chip, karena kamu adalah Chip.”
Sungguh aku tak paham apa maksud
ratu. Nama itu tampaknya lebih penting baginya dibanding anggapanku atas nama
baruku. Setelah Chip kemudian ia menyebut Enong, Sleamot, Jose, Rizal, dan Abu
Meong secara berurutan. Semua ditujukan pada kawan-kawanku yang
terbengong-bengong sambil menjilati makanan mereka.
Aku berharap nama ini bermakna
bagus. Aku tahu ada chocolate chip
yang lezat dan tampaknya sesuai dengan diriku yang hitam kecoklatan. Tapi aku
tak pongah, siapa tahu Chip sebenarnya nama yang tak berarti. Kosong saja tanpa
makna.
Ah, tak usah kurisaukan. Selagi
si mangkuk ini ada di sini aku tinggal berharap ratu datang tepat waktu untuk
menghidangkan makananku. Nanti setelah makan siang aku akan berdiskusi dengan
Enong dan Selamot, apakah kisah penamaan mereka sama denganku? Oh ya, aku juga
akan membahas bagaimana jadwal makan dari mangkuk kuning berceruk dua dengan
mereka.
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
Ceritanya bagus. Alurnya jg mantap...
ReplyDeleteMakaciii kakak xoxoxo
DeleteSuka gaya berceritanya
ReplyDeleteTrims Mas Agus :)
DeleteKeren ih. Pasti penyayang kucing sejati 😊
ReplyDeleteMakasih Mba Evita, ah...ga sejati kok..pemula ajaaa
DeleteBaguss kak ceritanyaa kerenn😄
ReplyDeleteMakasi Kak Isni love love love
Deletegaya tulisan yang keren, pencinta kucing pasti..
ReplyDeleteTerima kasih mb...animal lover lebih tepatnya, tapi karena sering liatin kucing jadi ya...bgtulah hahaha
Delete