Wednesday, October 3, 2018

Chip dan Mangkuk Kuning




Setiap melihat mangkuk kuning itu aku bahagia. Sudah puluhan kali aku terkecoh tapi aku tetap senang. Ya, aku terkecoh ketika mangkuk itu diletakkan dekat wajahku. Kupikir isinya biskuit, seringkali kosong. Entah keisengan macam apa yang dilakukan ratu padaku.

Kadang mangkuk kuning itu kupikir berisi biskuit, ternyata ikan asap. Kadang kupikir kosong, ternyata ada ikan goreng panas mengepul di sana. Pernah juga kupikir isinya pudding ikan, ternyata hanya air sisa minum yang tumpah dan menggumul bersama sisa lemak ikan sebelumnya.

Mangkuk itu berceruk dua. Cukup dalam dan lebar sehingga bisa menampung banyak makanan. Dulu ratu, kusebut ia ratu karena ia tampaknya berkuasa atas segala isi duni tempatku tinggal, hanya menawariku makanan yang diletakkan asal saja di lantai. Pernah juga dialasi kertas atau daun. Lama-lama ia merasa itu kurang sopan dan diberinya aku mangkuk kuning berceruk dua. Entah untuk apa ceruk satunya, tapi aku selalu makan dari kedua ceruk itu dan ratu tak keberatan.

Oh ya, tentang namaku, Chip, ini murni pemberian ratu. Suatu hari ia membaca buku tebal dari pengarang favoritnya. Aku yakin buku itu bukan buku humor, karena ratu terkadang menyeka air mata sambil membaca walaupun lebih banyak ia tertawa terpingkal-pingkal. Mana ada buku humor yang sekaligus membuat pembacanya menangis? Ia melihatku ketika berhenti membaca di halaman 200 sekian dan kemudian menunjukku. Ia berkata,”Chip! Kamu Chip, karena kamu adalah Chip.”
Sungguh aku tak paham apa maksud ratu. Nama itu tampaknya lebih penting baginya dibanding anggapanku atas nama baruku. Setelah Chip kemudian ia menyebut Enong, Sleamot, Jose, Rizal, dan Abu Meong secara berurutan. Semua ditujukan pada kawan-kawanku yang terbengong-bengong sambil menjilati makanan mereka.

Aku berharap nama ini bermakna bagus. Aku tahu ada chocolate chip yang lezat dan tampaknya sesuai dengan diriku yang hitam kecoklatan. Tapi aku tak pongah, siapa tahu Chip sebenarnya nama yang tak berarti. Kosong saja tanpa makna.

Ah, tak usah kurisaukan. Selagi si mangkuk ini ada di sini aku tinggal berharap ratu datang tepat waktu untuk menghidangkan makananku. Nanti setelah makan siang aku akan berdiskusi dengan Enong dan Selamot, apakah kisah penamaan mereka sama denganku? Oh ya, aku juga akan membahas bagaimana jadwal makan dari mangkuk kuning berceruk dua dengan mereka.  

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 



10 comments:

  1. Ceritanya bagus. Alurnya jg mantap...

    ReplyDelete
  2. Keren ih. Pasti penyayang kucing sejati 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih Mba Evita, ah...ga sejati kok..pemula ajaaa

      Delete
  3. gaya tulisan yang keren, pencinta kucing pasti..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih mb...animal lover lebih tepatnya, tapi karena sering liatin kucing jadi ya...bgtulah hahaha

      Delete

Sang Kala

Sumber gambar: https://www.huffingtonpost.com/2013/12/31/time-art_n_4519734.html “Ceritakan padaku apa yang perlu kudengar.” “...